BANJARMASIN, KOMPAS.com - Sejak puluhan tahun silam, perekonomian masyarakat erat kaitannya dengan pasar rakyat. Berbagai hasil perkebunan, laut, hingga pertanian menjadi barang-barang kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari yang selalu ditemui dalam pasar.
Uniknya Indonesia sebagai negara dengan kepulauan dengan gugusan pulau sebanyak 17.000 lebih dari Sabang hingga Marauke memiliki ciri khas masing-masing terkait pasar rakyat.
Salah satunya di Pasar Terapung Sungai Martapura, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, masyarakat lebih mengenalnya dengan pasar terapung Lok Baintan yang telah ada sejak zaman Kesultanan Banjar pada tahun 1520 hingga 1860 masehi.
Beberapa tahun lalu, pasar terapung menjadi populer setelah salah satu stasiun televisi swasta membuat tayangan iklan dengan lokasi shooting pasar terapung di Sungai Barito.
Tak seperti pasar pada umunya, pasar terapung Lok Baintan dilakukan di atas Sungai Martapura dengan menggunakan sampan kayu sebagai lapak-lapak untuk menajajakan hasil bumi.
Bukan hanya pedagang, pembeli pun juga menggunakan sampan untuk melakukan proses jual beli di pasar terapung Lok Baintan. Perbedaan lain adalah seluruh penjual di pasar terapung Lok Baintan dilakukan oleh kaum hawa atau perempuan.
Aktivitas perdagangan dimulai saat matahari terbit pada pukul 06.00 Waktu Indonesia Tengah (WITA) sampai dengan pukul 09.30 WITA.
Pantauan Kompas.com, saat langit masih gelap sepanjang pesisir aliran Sungai Martapura Lok Baintan akan terlihat perahu-perahu kecil menuju lokasi pasar terapung.
Pedagang dan petani secara serempak menuju pasar terapung untuk memasarkan hasil kebun atau lahan pertanian miliknya, semilir angin di pagi hari dan arus deras Sungai Martapura bukan menjadi halangan bagi mereka.
Umumnya mereka berasal dari berbagai anak Sungai Martapura, seperti Sungai Lenge, Sungai Bakung, Sungai Paku Alam, Sungai Saka Bunut, Sungai Madang, Sungai Tanifah, dan Sungai Lok Baintan.
Hingga kini tradisi para leluhur di pasar terapung Lok Baintan masih terjaga dengan alami. Bahkan kini menjadi potensi pariwisata sungai Banjarmasin yang tengah dikembangkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan setempat.
Perahu Kelotok
Salah satu pengemudi perahu kelotok pariwisata Heri (35) mengatakan, dengan adanya pasar terapung Lok Baintan sudah mampu menarik wisatawan dari dan luar negeri untuk pariwisata sungai.
"Disini kalau hari libur semakin ramai, turis juga sering datang, pasar apung mulainya jam enam pagi dan jam sembilan bubar, tapi kalau ramai semakin lama juga," ujar Hari kepada Kompas.com saat menyusuri Sungai Martapura menuju pasar terapung Lok Baintan.
Heri mengatakan, dengan adanya potensi pariwisata tersebut membuat pertumbuhan ekonomi masyarakat sekitar meningkat salah satunya usaha perahu kelotok wisata sungai.
"Kalau dulu perahu ini (kelotok) jumlahnya cuma 56, sekarang ada 84, padahal izin trayeknya mahal, tapi karena ramai dan banyak yang mau jadi semakin banyak," jelasnya.
Dia menjelaskan untuk harga sewa satu perahu kelotok sebesar Rp 250.000 per perahu untuk dua kali perjalanan yakni pulang dan pergi.
"Semua ada izinnya dari Dinas Perhubungan jadi kaya kendaraan motor ada surat-suratnya, kalau asuransi penumpang juga ada dari Jasa Raharja, pokoknya dijamin," ungkap Heri.
Heri mengungkapkan, para pedagang di pasar terapung umumnya menjual berbagai dagangan, seperti sayur-mayur, buah-buahan, kue-kue tradisional, dan lain-lain.
"Kalau pasar terapung disini bayarnya masih ada yang sistem barter selain pakai uang, kalau turis pakai uang, kalau masyarakat masih banyak dengan barter seperti hasil kebun tukar dengan ikan atau sayur," tutur Heri.
Sementara, untuk sesaran dan keberimbangan jumlah hasil barter tergantung kesepakatan antarkedua belah pihak (penjual dan pembeli). Jika sepakat, maka masing-masing akan mendapatkan barang sesuai keinginan dan selanjutnya digunakan untuk keperluan pribadi di rumah.
Untuk para wisatawan yang ingin menikmati pengalaman berharga belanja di pasar terapung Lok Baintan, bisa ditempuh dengan dua alternatif perjalanan.
Alternatif pertama menyusuri Sungai Martapura dengan menggunakan perahu kelotok. Dengan perahu kelotok, perjalanan dari pusat kota Banjarmasin akan memakan waktu kurang lebih 45 menit tergantung kecepatan perahu. Kedua, dengan menggunakan kendaraan darat seperti mobil.
Namun, untuk alternatif kedua membutuhkan waktu lebih panjang yakni hingga 60 menit untuk mencapai pasar terapung. Hal itu disebabkan medan perjalanan yang cenderung berat dan berliku-liku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.