Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ada Krisis di Qatar, Indonesia Harus Berbuat Apa?

Kompas.com - 19/07/2017, 15:15 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa negara di Timur Tengah termasuk Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.

Apa dampak krisis diplomatik di Qatar tersebut terhadap Indonesia dan apa yang sebaiknya dilakukan?

Chairman Center for Islamic Studies in Finance, Economics, and Development (CISFED), Farouk Abdullah Alwyni mengatakan, posisi Indonesia dilematis dalam menghadapi krisis diplomatik terkait pengucilan Qatar oleh sejumlah negara Arab.

“Sebagai negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki hubungan baik dan potensi kerjasama investasi serta perdagangan dengan seluruh negara-negara Muslim di kawasan Teluk, baik Qatar maupun Arab Saudi,” kata Farouk dalam pernyataan resmi, Rabu (19/7/2017).

Di Indonesia, Qatar memiliki sejumlah investasi seperti di bidang keuangan perbankan melalui Qatar National Bank (QNB).

Di sektor komunikasi, investasi Qatar lewat kepemilikan saham di Indosat Ooredoo. Qatar juga menjadi salah satu negara tujuan bagi buruh migran Indonesia, terutama yang bekerja di sektor domestik, konstruksi, pertambangan dan jasa.

Berdasarkan data KBRI Doha, ada sekitar 30.000 WNI di Qatar dan data Migrant Care menyebutkan terdapat 75.000 orang buruh migran asal Indonesia di Qatar.

Farouk menjelaskan, selama ini hubungan Indonesia dengan Qatar berjalan baik. Jika dibandingkan dengan negara Timur Tengah lainnya, investasi Qatar di Indonesia terbilang paling besar.

Dengan kondisi demikian, maka dampak krisis politik di Qatar sedikit banyak berpengaruh terhadap Indonesia, meski untuk saat ini belum begitu signifikan.

Namun, Qatar pun memiliki komitmen investasi baru bersama Pemerintah RI senilai 1 miliar dollar AS di Indonesia lewat Qatar Investment Authority.

Untuk itu, pemerintah Indonesia perlu mengambil langkah-langkah strategis dalam menyikapi krisis Qatar.

Pertama, Indonesia memiliki kepentingan dalam penyelesaian krisis politik di Timur Tengah karena banyak tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Qatar, begitu pula dengan negara-negara lain yang warganya bekerja di Qatar.

Di sisi lain, Qatar juga memiliki investasi yang cukup besar di Indonesia, juga di negara lainnya. Indonesia bisa bersama Turki mendorong Organisasi Konferensi Islam (OKI), untuk proaktif menyelesaikan kemelut di Kawasan Teluk ini.

Kedua, pemerintah harus mengantisipasi berbagai kemungkinan akibat krisis Qatar. Ini terutama menyangkut kepentingan tenaga kerja migran, keberlangsungan perdagangan dan investasi yang sudah berlangsung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Mobil Tertabrak KA Pandalungan, KAI Sampaikan Belasungkawa

Whats New
Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Pabrik Tutup, Bata Janji Beri Hak-hak Karyawan Sesuai Aturan

Whats New
Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Meski Ada Momen Ramadhan dan Pemilu, Konsumsi Rumah Tangga Dinilai Tidak Tumbuh Maksimal

Whats New
Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Era Suku Bunga Tinggi, Bank Mega Syariah Terapkan Jurus Angsuran Tetap untuk Pembiayaan Rumah

Whats New
Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Gojek Luncurkan Paket Langganan Gojek Plus, Ada Diskon di Setiap Transaksi

Whats New
Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Laba Bersih MPXL Melonjak 123,6 Persen, Ditopang Jasa Angkut Material ke IKN

Whats New
Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Emiten Migas SUNI Cetak Laba Bersih Rp 33,4 Miliar per Kuartal I-2024

Whats New
CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

CEO Perusahaan Migas Kumpul di IPA Convex 2024 Bahas Solusi Kebijakan Industri Migas

Whats New
Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Ramai soal 9 Mobil Mewah Pengusaha Malaysia Ditahan, Bea Cukai Beri Penjelasan

Whats New
BEI Ubah Aturan 'Delisting', Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

BEI Ubah Aturan "Delisting", Ini Ketentuan Saham yang Berpotensi Keluar dari Bursa

Whats New
BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

BEI Harmonisasikan Peraturan Delisting dan Relisting

Whats New
Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Hadirkan Solusi Transaksi Internasional, Bank Mandiri Kenalkan Keandalan Livin’ by Mandiri di London

Whats New
Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Biasakan 3 Hal Ini untuk Membangun Kekayaan

Earn Smart
Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Pertumbuhan Ekonomi RI 5,11 Persen Dinilai Belum Maksimal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com