Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sekarang, Kalangan Anak Zaman "Now" Incar Pekerjaan Ini

Kompas.com - 13/03/2019, 22:20 WIB
Josephus Primus,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Tangan Brian cekatan memasukkan dua sendok teh kopi toraja ke dalam cangkir putih.

Tak lupa, dia menuangkan air mendidih ke atas kopi jenis robusta itu.

Tiga perempat cangkir sudah terisi minuman kopi yang uapnya mengepul.

Bau harum kopi panas tercium kuat.  

"Karena kita mau bikin kopi susu, saya tambahkan susu segar ya. Kasih gula supaya rasanya manis," kata Brian.

Sah, sudah! Terhidang kopi susu panas di cangkir pada siang yang terik di Toffin Indonesia pada, Senin, dua pekan lalu.

Baca juga: Studi Buktikan, Tato Bisa Bikin Seseorang Sukses Raih Pekerjaan

Brian, anak Jakarta yang sempat mengadu nasib di Kongo untuk mengejar mimpinya menjadi peracik minuman kopi masih bercerita soal white coffee.

"White coffee itu memang sudah dihilangkan rasa asamnya saat diproses. Kopi ini aman buat orang lambungnya bermasalah tapi suka minum kopi," imbuhnya lagi.  

Idealisme

Sejatinya, masih menurut cerita Brian, booming alias meluasnya kebiasaan minum kopi di Tanah Air, sudah barang tentu berimbas ke mana-mana.

"Iya, booming sejak 2015 itu memang bikin kebutuhan barista jadi meningkat," kata Brian.

Meski demikian, Brian mengatakan, dirinya memang tak langsung mencapai kariernya sebagai barista.

"Saya memang mencoba dulu berbagai profesi," tutur pria yang sempat mengenyam pendidikan di sekolah menengah pariwisata sebelum 2007 ini.

"Pekerjaan sebagai barista kan punya idealismenya sendiri. Itu termasuk pekerjaan bidang hospitality, sama seperti bartender," kata Brian, yang melanjutkan sekolah menengahnya ke NHI (kini Sekolah Tinggi Pariwisata) Bandung.

Laman star4hire.com memberi catatan bahwa hospitality adalah khazanah pekerjaan yang mempunyai kegiatan yang berhubungan dengan keramah-tamahan, pelayanan, dan hiburan untuk para tamu.

Baca juga: Booming Bisnis Kedai Kopi, Kemnaker Gelar Pelatihan Barista

Pekerjaan

Lain Brian, lain juga pengalaman Mikael Jasin.

Barista yang menjadi wakil Indonesia untuk momen final kompetisi barista bertajuk Champions' Hub 2019 ini mengatakan bahwa barista sudah menjadi semacam gaya hidup saat ini.

Tak hanya itu, pekerjaan sebagai barista juga menjadi incaran kalangan anak zaman "now".

"Iya memang, ada banyak saya lihat lulusan SMK pariwisata yang menjajal berprofesi menjadi barista. Yang mahasiswa juga," kata Mikael.

Menurut pandangan Mikael, bagi kalangan usia belia, pekerjaan sebagai peracik minuman kopi boleh jadi punya tantangan tersendiri.

Baca juga: Milenial Jadi Penentu Indonesia dalam Kejar Ketertinggalan

Kendati begitu, Mikael yang menyandang sarjana strata satu psikologi dari Universitas Melbourne, Australia, pada 2012 itu menekankan,"Tetap harus kerja keras walau sudah menjadi barista."

Mikael lebih lanjut mengatakan bahwa dirinya tidak punya latar belakang sekolah formal meracik kopi.

"Saya di usia 18 tahun sudah kerja jadi barista," kata Mikael.

"Ya, saya niat mau jadi barista," katanya menambahkan.

Dari niat itulah, lanjut Mikael, dirinya belajar terus-menerus tentang kopi, meracik minuman kopi, dan beragam cita rasa kopi.

"Ya, sering-sering minum kopi. Merasakan rasa dari banyak jenis kopi," kata peraih gelar sarjana strata dua bidang marketing pada RMIT Australia pada 2016 itu.

Meski tidak menyebut angka saat menjawab pertanyaan tentang rerata gaji bulanan seorang barista, Mikael mengatakan akan pas rasanya bila penyandang pekerjaan sebagai barista meningkatkan karier.

"Masih di bidang kopi tapi jangan berhenti cuma jadi barista," katanya.

Mikael berkisah, sekolah formal di bidang marketing yang pernah dilakoninya justru diaplikasikan ke tingkat lebih tinggi.

"Saya menjajaki pekerjaan untuk menjadi pembeli langsung kopi ke petani. Ini kan meningkat dari sekadar jadi barista," imbuhnya.

"Apalagi nanti kalau seorang barista bisa menjadi pemilik kafe. Kan harus belajar banyak lagi," ujarnya.

"Pokoknya, profesi barista saat ini bisa menjamin hidup," kata Mikael.

Sementara, soal duit tambahan bagi siswa sekolah menengah atau mahasiswa yang nyambi sebagai peracik kopi, Brian lebih membeberkan gambaran jelas.

"Barista pemula biasanya dapat gaji rata-rata Rp 2,5 juta per bulan, belum termasuk insentif dan tips," kata Brian.

Lantas, berapa uang yang bisa dibawa pulang oleh barista pemula, Brian mengatakan,"Kalau di Jakarta ya rata-rata Rp 4,5 juta."

Lalu, barista yang lebih senior pengalamannya?

"Gajinya UMR Jakarta (Rp 3,8 juta per bulan). Belum termasuk insentif dan tips," pungkas Brian.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com