Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

YLKI: Apa Maskapai Berani Main-main Menggunakan Komponen Abal-abal?

Kompas.com - 10/08/2019, 05:04 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) Tulus Abadi menantang pemerintah untuk menurunkan Tarif Batas Atas (TBA) dan menghapus Tarif Batas Bawah (TBB).

Menurutnya, TBA sebesar 16 persen masih kurang efektif untuk meraih market pasar berdasarkan kemampuan daya beli.

"TBA 16 persen ya masih kurang. Berani enggak pemerintah menurunkan TBA sekalian menghapuskan TBBnya. karena TBB itu siluman, tidak ada dalam UU penerbangan ketentuan soal TBB," kata Tulus Abadi di Jakarta, Jumat (9/8/2019).

Baca juga: Garuda Indonesia: Penurunan Tarif Batas Atas Hambat Pendapatan Kami

Tulus mengatakan, saat ini pemerintah menetapkan TBA masih berdasarkan keinginan untuk membeli (willingness to pay), bukan kemampuan daya beli masyarakat (ability to pay).

Sementara TBB, dia berpendapat peraturan penentuan harga tiket pesawat seperti BB tidak diregulasi negara lain. Peraturan TBB di Indonesia memang hanya dijadikan perlindungan untuk mencegah persaingan tidak sehat.

Menurut dia tanpa ada TBB, maskapai penerbangan juga tak akan berani mengambil risiko untuk menggunakan onderdil abal-abal dan perang tarif bawah terlebih bila ada pengawasan dari pemerintah.

"Yang penting kalau soal safety ya pengawasan dari pemerintah. Apa mereka berani bermain-main menggunakan komponen abal-abal untuk onderdilnya? Kan tidak," ucap Tulus.

Kendati menantang, pihaknya berusaha untuk mengikuti kebijakan pemerintah yang telah diregulasi dalam persoalan tiket pesawat.

Dia pun tak tak memungkiri penetapan tarif berdasarkan willingness to pay mampu membuat tarif yang adil kepada konsumen maupun maskapai dalam hal keselamatan penerbangan.

"Lah regulasinya begitu, kecuali kalau mau ubah regulasi. Biar bagaimana pun regulasi kan dibuat untuk mengatur persaingan dan keselamatan penumpang. Jelas itu nomor 1, kalau konsumennya mati bagaimana? Jadi ini saya katakan tarif yang adil, tarif yang adil bagi konsumen dan adil bagi operator," pungkas Tulus.

Baca juga: Pemerintah: Harga Tiket Pesawat yang Mahal Itu Sebenarnya Normal

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Kehabisan Tiket Kereta? Coba Fitur Access by KAI Ini

Spend Smart
Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com