Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Analis: Rupiah Menguat di Bawah Rp 14.000 Per Dollar AS Tinggal Tunggu Waktu

Kompas.com - 30/11/2020, 05:08 WIB
Erlangga Djumena

Editor

Sumber

JAKARTA, KOMPAS.com - Pasar keuangan serta ekonomi global yang mulai pulih mengangkat stamina rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS).

Para analis memproyeksikan, rupiah berpotensi menguat di bawah Rp 14.000 per dollar AS karena The Fed masih akan mempertahankan tingkat suku bunga yang rendah.

Jumat (27/11/2020), rupiah ditutup menguat 0,07 persen ke Rp 14.090 per dollar AS. Dihitung secara month to date rupiah menguat 3,66 persen.

Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo memperkirakan, rupiah berpotensi menguat ke bawah Rp 14.000 per dollar AS di akhir tahun ini. Sentimen utama pendorong penguatan rupiah adalah dollar AS yang tidak lagi memiliki bensin untuk menguat.

Baca juga: Intip Kurs Rupiah Hari Ini di Lima Bank

Sutopo mengamati, dollar AS perlahan bergerak ke posisi terendah di tahun ini. Ia melihat, investor kini mulai kembali mengalokasikan portofolio di luar dollar AS seiring pemulihan perdagangan global.

Salah satu bagian penting dari perkasanya rupiah adalah The Fed masih akan mempertahankan suku bunga rendah hingga batas waktu yang belum ditentukan.

"Minggu ini Ketua The Fed memiliki beberapa pernyataan dan juga akan tampil di hadapan senat, mungkin masih akan membicarakan hal yang sama," kata Sutopo, Minggu (29/11/2020).

Sentimen lain yang perlu investor perhatikan adalah perkembangan gelombang infeksi Covid-19. Sutopo mengatakan kemungkinan pukulan ekonomi di kuartal IV 2020 dan gangguan lockdown masih membuat bank sentral dan otoritas fiskal dalam keadaan krisis.

Namun berita positif terkait vaksin di satu sisi membuat investor melihat harapan pemulihan ekonomi ke depan. Selain itu, tenggat waktu terbaru Brexit harusnya sudah final di Selasa depan. Begitu pun kelompok OPEC+ juga akan memutuskan perpanjangan pembatasan kuota.

Sutopo mengatakan, investor juga perlu memperhatikan data non farm payroll (NFP) AS yang akan rilis pekan depan.

"Semua tertuju pada NFP karena The Fed membiarkan pasar meraba-raba," kata Sutopo.

Konsensus memproyeksikan NFP AS naik 520.000 di November atau turun dari 638.000 di periode sebelumnya. Kata Sutopo, kenaikan yang lebih kecil berarti tingkat pengangguran AS diperkirakan akan turun hanya 0,1 poin menjadi 6,8 persen.

Jika pembacaan tenaga kerja AS dan penganggurna jauh lebih buruk dari yang diperkirakan, maka data tersebut bisa menjadi ukuran terhadap angka atau jumlah pelonggaran yang The Fed tentukan di Desember.

"Dollar AS dengan cepat mendekati level terendah tiga bulan terhadap sekeranjang mata uang dan kerugian tersebut dapat meningkat jika data menunjukkan pelonggaran kebijakan moneter dalam waktu dekat ini," kata Sutopo.

Alhasil, tinggal menunggu waktu saja rupiah akan jebol ke bawah Rp 14.000 per dollar AS. Sutopo memperkifrakan, rentang pergerakan rupiah di bulan Desember 2020 berkisar di Rp 13.800 per dollar AS-Rp 14.500 per dollar AS. Sementara, proyeksi rupiah di akhir tahun berada di kisaran Rp 14.150 per dollar AS hingga Rp 14.200 per dollar AS.

Baca juga: Akhir Pekan, Rupiah Ditutup Menguat Tipis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com