JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, data perlu menjadi kerangka untuk menyusun kebijakan, terutama saat pandemi Covid-19.
Bendahara negara ini mengungkapkan, data menjadi tolok ukur utama untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam membantu rakyat, seperti pemberian subsidi hingga penanganan pandemi.
"Evidance jangka menengah panjang butuh data, validitas suatu kejadian apakah berulang atau fenomena tunggal. Cara kelola informasi data merupakan sebuah sikap tanggung jawab publik dan tanggung jawab atas akuntabilitas," kata Sri Mulyani dalam Seminar Jurnal Ilmiah Perbendaharaan, Rabu (15/12/2021).
Baca juga: Simpan Banyak Identitas, Sri Mulyani: Pusing Jadi Penduduk Indonesia
Wanita yang akrab disapa Ani ini menjelaskan, pemerintah berkutat dengan banyak data saat pandemi Covid-19.
Analisa data itu dilakukan untuk membangun database penerima bansos, penerima bantuan upah bagi pekerja dengan gaji di bawah Rp 5 juta, penerima bantuan kuota internet, sampai penerima subsidi listrik.
"Betapa sangat rumitnya namun kita lakukan, dan ini adalah fenomena luar biasa dilakukan pada saat semua jajaran Kemenkeu tidak ada di kantor, karena kita tidak harus bekerja di kantor," ucap Sri Mulyani.
Setelah membuat database, pihaknya kembali menganalisa efektivitas dari bantuan tersebut. Analisa setidaknya mencakup efisiensi, alokasi, hingga distribusi.
Di sisi distribusi, kementerian menganalisa dampak distribusi bansos terhadap kemiskinan dan ketimpangan (inequality) antar kelompok pendapatan, antar daerah, dan antar sektor ekonomi.
Baca juga: Sri Mulyani Berharap Kenaikan Cukai Rokok Turunkan Perokok Anak Usia 10-18 Tahun
"Yang bagian ini diperbaiki, yang bagian ini dikoreksi, yang ini diperkuat. Itu akan menjadi dinamika yang sangat positif dan bermanfaat. Tidak hanya di nasional tapi di daerah, sehingga di daerah juga aware terhadap bagaimana policy keuangan daerah dan ekonomi daerah berkaitan dengan upaya kesejahteraan rakyat," paparnya.
Dengan banyaknya data, Sri Mulyani meminta jajarannya memiliki rasa keingintahuan dan keinginan untuk melakukan penelitian. Dia ingin jajarannya selalu merasa gelisah dalam mengolah data.
Menurut dia, rasa gelisah membuat pekerjaan makin baik. Sedangkan jika terlampau tenang, hasil pekerjaan akan biasa-biasa saja.
"Kalau Anda terlalu tenang malah enggak kerja. Gelisah karena kita punya data begitu banyak dan kita punya tanggung jawab begitu besar data yang begitu besar pada rakyat kita untuk perbaiki, dan data ini harus diolah," pungkas Sri Mulyani.
Baca juga: Pajaki Orang Tajir, Sri Mulyani: Banyak Warga Indonesia yang Ekstrem Kaya
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.