Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/08/2022, 17:00 WIB
Kiki Safitri,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com – Seorang pengrajin batik abstrak Jumirah menjalankan usaha kerajinan batik tulis, dengan brand Murni Asih. Produk ekonomi kreatif yang ia rintis bersama suaminya ini sudah berjalan 10 tahun dan sempat terpukul akibat pandemi Covid-19 dua tahun lalu.

Jumirah sudah cukup lama terjun di bidang batik tulis karena ia sempat menjadi karyawan toko batik di Sragen. Saat itu, Jumirah hanya menjual hasil perajin batik dari toko ke toko, dan bazar. Namun sekarang, ia sudah memiliki pabrik dan memproduksi sendiri.

Sebelum menikah, Jumirah memulai usahanya dengan bergabung dalam komunitas wanita pengusaha muda asal Sragen di desa wisata batik desa Pungsari Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen.

Baca juga: Ingin Buka Usaha Franchise? Kunjungi Pameran Bisnis Waralaba Ini

Hasil karyanya tersebut bahkan membuat Jumirah dan suaminya sempat menjadi utusan dari dekranasda Provinsi Jawa Tengah beberapa waktu lalu. Melihat animo yang begitu tinggi dari pembeli, Jumirah memutuskan untuk memulai usahanya di Pusat Grosir Batik Thamrin City Jakarta Pusat.

"Selama pendemi down omzet ambyar turun sampai 70 persen, dan kami semua pulang ke sragen. Awalnya saya memulai usaha kain batik karena banyak pengrajin batik di desa yang kesulitan menjual hasil prosuksi dan dari sales yang nakal, banyak gagal bayar mengakibatkan banyak pengrajin yang rugi,” kata Jumirah dalam siaran pers Minggu (7/8/2022).

Batik Murni Asih memproduksi kain campuran motif lebih modern kekinian untuk bahan fashion modern kekinian. Tidak hanya itu, Batik Murni Asih juga menyediakan batik motif pakem model-model klasik. Selain memproduksi kain batik, Jumirah juga memproduksi pakaian jadi untuk batik pria dan batik wanita dengan brand Merk Poenja.

Baca juga: Kisah Mantan Driver Ojol, dari Modal Rp 500.000 hingga Punya 3 Brand Usaha Ayam Goreng

"Batik handprint, prosesnya manual tanpa menggunakan mesin. Prosesnya hampir mirip seperti sablon cuma prosesnya lebih lama karena harus di kasih uap panas, di cuci dan di rendam selama 24 jam, lalu di jemur di bawah sinar matahari. Proses pengerjaannya kurang lebih satu minggu,” jelas Jumirah.

Berbeda dengan Batik Tulis yang pembuatannya manual dari menggambar di kain, hingga pewarnaan yang berkali-kali. Jumirah mengungkapkan, kain batik tulis juga harus di rebus dan proses pengerjaan bisa sebulan sampe setahun, tergantung motif design dan proses pewarnaannya.

“Keinginan memiliki usaha batik tulis makin menguat di saat kami melihat bahwa kondisi artisan batik tulis yang menghadapi tantangan kuat dengan adanya gempuran industri kain,” jelasnya.

Dengan tantangan tersebut, Jumirah mengedukasi masyarakat bisa melihat secara langsung perbedaan kualitas batik tulis, batik handprint, batik cap, batik kombinasi, dan batik printing. Sebagai informasi, batik Murni Asih sudah memiliki Hak Kekayaan Intelektual (HAKI) dari brand untuk penamaan dan logo.

Tidak tanggung-tanggung, batik tulis Murni Asih sudah di pakai oleh mantan presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono hingga Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) saat Pemilu Tahun 2019 silam.

Baca juga: Intip Strategi Bisnis Korean Toast Asal Bekasi “Papanala”, hingga Raup Omzet Rp 100 Juta Per Bulan

“Kemarin sudah dipakai bapak Susilo Bambang Yudhoyono yang identik dengan demokratnya limited edition, motif parang atau motif pakem gambar batik burung merak dan batik cendrawsih. Sedangkan Agus Yudhoyono warna biru, motif burung kain pola warna Demokrat, jadi kebanyakan motif burung kalau batik dari solo dan motif motif lama, proses pembuatan lama sampai 3 bulan,” lanjutnya.

Permintaan pengiriman kain batik juga telah sampai ke luar daerah seperti Jogja, Jakarta, Bandung, Bali, Surabaya, Aceh, Sumatera, Kalimantan, Semarang, Madiun, Magetan, Sulawesi, dan Papua. Tak hanya dalam negeri, batik Murni Asih juga diminati di negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand dan Myanmar.

Batik Murni Asih mengikuti permintaan pasar terkini update permintaan batik handprint paling banyak, usaha batiknya pun terus berkembang, bahkan dalam sehari Jumirah mampu memproduksi diatas 500 lembar kain batik, dengan puluhan orang pengrajin.

Saat ini, Toko Batik Murni Asih tidak hanya ada di Thamrin City, tapi juga berada di Jakarta Pusat dan toko-toko mitra di Luar daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Papua. Dengan ketekunan, Jumirah kini mampu mengelola 10 toko di kawasan pusat grosir kain Tanah Abang dengan Brand Batik Murni Asih.

Saat ini batik Murni Asih dipamerkan di ajang Apresiasi Kreasi Indonesia (AKI) 2022 yang digelar di Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu (31/7/2022). Murni Asih saat ini juga telah lolos dari proses kurasi ketat yang sebagai Mitra binaan PT Pertamina. Jumirah berharap, kedepannya Batik Murni Asih bisa membukan banyak cabang di tiap kota se-Indonesia.

Adapun harga produk fashion batik untuk ready to wear collection mulai berada di kisaran Rp 150.000 hingga Rp 3 juta. Sementara untuk kain batik, harga bervariasi mulai Rp 100.000 sampai dengan Rp 6 juta.

Baca juga: Mengenal Samudra Hartanto, Arek Malang Eks Desainer Louis Vuitton yang Populerkan Batik di Paris

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com