Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Gatot Rahardjo
Pengamat Penerbangan

Pengamat penerbangan dan Analis independen bisnis penerbangan nasional

Maskapai Baru dan Upaya Menekan Harga Tiket Pesawat

Kompas.com - 03/10/2022, 12:56 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Walaupun hanya di dua rute, tentu saja hal ini membawa angin segar. Dan diharapkan menular pada rute-rute lain. Namun harapan itu bisa saja buyar.

Maskapai yang lebih besar biasanya secara alami tidak mau pasarnya direbut, sehingga akan cenderung berupaya mempertahankannya dengan segala cara.

Dan bisa jadi, dua maskapai baru ini akan terus dipepet sehingga tidak akan bertahan lama karena persaingan yang sengit.

Oleh karena itulah diperlukan peran pemerintah untuk membuat iklim bisnis yang baik dan adil, setiap maskapai mempunyai kesempatan untuk berkembang tanpa mematikan maskapai lainnya.

Iklim bisnis

Iklim bisnis ini hanya bisa diciptakan dan dijaga oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Perhubungan karena merekalah sebagai regulator yang bertugas untuk mengatur, mengawasi dan mengendalikan penerbangan nasional termasuk di sisi bisnisnya.

Pemerintah tidak perlu masuk terlalu ke dalam persaingan bisnis maskapai. Cukup membuat aturan yang adil dan dapat dilakukan oleh semua maskapai.

Kemudian mengawasi dan menindak tegas jika ada yang melanggar aturan. Jika ada maskapai yang perlu bantuan, maka diberikan asistensi sehingga sehat dan mampu bersaing kembali.

Misalnya, dalam soal pemberian flight approval, pengaturan slot dan frekuensi penerbangan antar maskapai harus adil.

Harus dipertimbangkan kekuatan pasar di dua rute tersebut. Jangan sampai jumlah frekuensi ditambah, namun justru mengakibatkan jumlah keterisian penumpang turun dan maskapai rugi.

Bagi maskapai besar mungkin tidak akan terasa karena bisa ditutup dari pendapatan di rute lain. Tapi bagi maskapai kecil akan langsung terasa dampaknya.

Pemberian flight approval juga harus melihat persaingan yang ada. Jangan sampai terlalu mepet jam keberangkatannya, terutama antara maskapai besar dan maskapai kecil karena bisa memengaruhi harga tiket yang dijual.

Namun dalam hal pemenuhan aturan slot harus tegas. Siapapun maskapainya, kalau tidak bisa berangkat sesuai jadwal karena hal-hal yang tidak sesuai aturan, harus menerima konsekuensi dipindah ke jam terakhir.

Dengan demikian, maskapai akan berbenah dan layanan kepada penumpang akan meningkat.

Kementerian Perhubungan sudah saatnya menyisir kembali aturan-aturan terkait bisnis penerbangan.

Aturan yang bisa menyebabkan iklim bisnis tidak adil atau hanya menguntungkan salah satu maskapai, sudah seharusnya diubah. Pengawasan dan pengendalian juga diperketat dengan evaluasi menggunakan acuan yang lebih baik.

Untuk itu, kompetensi sumber daya manusia di regulator ini, terutama yang berkaitan dengan bisnis penerbangan juga harus ditingkatkan.

Sehingga dapat menciptakan iklim bisnis penerbangan yang lebih baik, dapat menarik investor dan terjadi persaingan yang sehat. Pada akhirnya, harga tiket akan dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan daya beli penumpang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com