JAKARTA, KOMPAS.com - Indeks bursa saham nasional, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), tercatat masih mengalami pertumbuhan secara tahun kalender, di tengah kondisi perekonomian global yang tidak menentu. Meskipun demikian, pertumbuhan indeks saham terpantau melambat dibanding tahun lalu.
Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukan, hingga 28 Desember 2022, IHSG tumbuh 4,09 persen secara year to date (ytd) ke posisi 6.850,52. Pertumbuhan ini lebih lambat dibanding realisasi pertumbuhan sepanjang tahun 2021 yang mencapai 10,1 persen.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Iman Rachman menilai, kinerja IHSG terdampak oleh sentimen kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), dan Bank Indonesia (BI). Ia bilang, ketika bank sentral mengumumkan kenaikan suku bunga acuan, indeks saham cenderung melemah.
"Kita punya data bahwa dampak dari kenaikan interest rate di us maupun di indonesia berdampak kepada indeks kita. Jadi ada katakan lah ketika Fed menaikan interes rate, bursa kita juga turun," kata dia, dalam Konferensi Pers Akhir Tahun 2022, di Jakarta, Kamis (29/12/2022).
Baca juga: Harga Telur Ayam Naik, BI Perkirakan Inflasi Desember 2022 Capai 0,48 Persen
Dengan tingkat suku bunga acuan The Fed yang lebih tinggi, Iman menyebutkan terjadi peralihan dana menuju Amerika Serikat. Maklum saja, tingginya tingkat suku bunga acuan berbanding lurus dengan potensi return kepada investor.
Selain kenaikan suku bunga acuan, tingkat inflasi domestik dan global yang terus merangkak naik sepanjang tahun ini juga menjadi sentimen negatif bagi IHSG. Bahkan, sentimen ini dinilai memberikan dampak yang lebih besar terhadap indeks saham.
"Yang paling besar impactnya adalah inflation. jadi waktu kemarin waktu (bank sentral) naikin, kadang-kadang indeksnya malah naik," ujarnya.
Baca juga: Lebih Terukur, BI Naikkan Suku Bunga Acuan Sebesar 25 Basis Poin Jadi 5,5 Persen
Namun demikian, Iman menyebutkan, bursa saham Indonesia relatif beruntung saat ini, dengan porsi investor asing yang kian menyusut. Tercatat porsi transaksi investor asing terhadap rata-rata nilai transaksi harian saat ini di kisaran 30 persen.
"Kalau kita kembali 5 thaun lalu, asing 70 persen, ketika Fed naikin bunga itu, investornya pindah. Dana ini kan borderless. Jadi investor kalau tingkat suku bunga bagus seperti Amerika akan pindah," tuturnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Inarno Djajadi menyadari, pertumbuhan IHSG mengalami perlambatan dibanding tahun lalu. Namun, pertumbuhan saat ini masih baik, melihat kinerja mayoritas bursa saham negara lain mengalami kontraksi atau penurunan.
"Kalau kembali lagi dengan adanya ketidakpastian perekonomian global segala macam, untuk pencapaian YTD ini sudah cukup bagus," ujarnya.
Dengan realisasi pertumbuhan 4,09 persen secara YTD, IHSG mengungguli indeks bursa saham negara yang tergabung dalam ASEAN, mulai dari Malaysia (-5,58 persen), Filipina (-7,81 persen), hingga Vietnam (-32,21 persen). Indeks bursa saham nasional hanya kalah dari indeks bursa saham Singapura (4,59 persen) di kawasan Asia Tenggara.
"Kita lihat selama setahun ini ada kalanya kita ada di atas Singapura, tapi saat ini kita memang ada di bawah Singapura," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.