Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peminat Kendaraan Listrik Masih Rendah, Apa Penyebabnya?

Kompas.com - 14/06/2023, 12:40 WIB
Haryanti Puspa Sari,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Peminat kendaraan listrik di Indonesia hingga saat ini masih rendah. Subsidi kendaraan listrik yang diberikan pemerintah juga belum mampu meningkatkan minat masyarakat untuk beralih ke kendaraan listrik.

CEO & Founder of PT Chakra Giri Energi Indonesia Herman Huang mengatakan, berdasarkan hasil survei Charta Politica pada 2022, tercatat 61 persen responden tidak berminat beralih menggunakan kendaraan listrik.

"Yang tidak tertarik untuk switch atau transisi (kendaran listrik) 61 persen , yang interested (berminat) 28 persen. Jadi ada PR bagi banyak pihak," kata Herman dalam Webinar 'Strategi Sinkronisasi Penerapan Electric Vehicle (EV) dalam Ekosistem Transportasi Publik', Rabu (14/6/2023).

Herman mengatakan, alasan mayoritas responden tak berminat untuk beralih ke kendaraan listrik adalah ekosistem pengisian daya yang masih terbatas, kemampuan listrik di daerah terbatas, dan harga kendaraan yang mahal.

Baca juga: Dorong Kendaraan Listrik, Pemerintah Bakal Persulit Mobil BBM

"Alasan yang lazim yaitu ekosistem charging-nya belum mencukupi, kemampuan dari kelistrikan di daerah terbatas, harganya mahal meski sudah disubsidi," ujarnya.

Lebih lanjut, Herman mengatakan, pemerintah memiliki target penggunaan motor listrik 200.000 unit.

Namun, ia berpendapat, melihat minat masyarakat terhadap ekosistem kendaraan listrik yang masih rendah, target tersebut tidak akan tercapai pada tahun ini.

"Jadi targetnya sangat optimistik cuma saya lihat targetnya tidak akan tercapai dalam waktu dekat karena adopsi butuh uang banyak dan saat ini daya beli masyarakat belum baik efek dari post covid-19 membuat ekonomi slow down, subsidi motor juga masih rendah," ucap dia.

Sebelumnya, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengakui program subsidi motor listrik belum banyak diminati masyarakat. Adapun program tersebut sudah dimulai sejak 20 Maret 2023 yang lalu.

Baca juga: Luhut Minta Presiden RI Berikutnya Lanjutkan Program Kendaraan Listrik

Menurut Agus, subsidi motor listrik belum dilirik karena masyarakat belum terbiasa menggunakan kendaraan listrik berbasis baterai.

"Yang pertama, ini tidak mudah karena harus mengubah cara berpikir, mengubah culture orang yang biasanya menggunakan (motor berbasis) fosil harus diubah ke (motor) listrik. Ini adalah masalah culture, jadi ini takes time," kata Agus saat ditemui di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senayan, Jakarta, Senin (12/6/2023).

Agus juga mengatakan, sulitnya peralihan penggunaan motor berbasis fosil menjadi motor listrik tidak hanya terjadi di Indonesia.

Ia mengatakan, negara-negara maju yang memiliki pengembangan kendaraan listrik yang pesat juga mengalami kesulitan dalam hal peralihan.

"Faktanya di negara-negara maju pun pertumbuhan penggunaan EV itu pesat saja, tapi enggak sesuai harapan mereka, termasuk di Indonesia, jadi yang harus dilakukan pemerintah sekarang adalah mengubah mindset," ujarnya.

Agus menekankan, program subsidi kendaraan listrik merupakan bantuan dari pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi emisi karbon.

Selain itu, program KBLBB roda dua dan roda empat bertujuan mempercepat pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air.

Baca juga: Program Subsidi Kendaraan Listrik Dikritik, Menperin: Target Kita Kurangi Emisi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

4 Tips Menggunakan Kartu Kredit ala Renata Kusmanto

4 Tips Menggunakan Kartu Kredit ala Renata Kusmanto

Spend Smart
Nilai Rata-rata Transaksi 'Paylater' di Indonesia Masih di Bawah Rp 500.000

Nilai Rata-rata Transaksi "Paylater" di Indonesia Masih di Bawah Rp 500.000

Whats New
Rupiah Kembali Terkapar, Dollar AS Tembus Rp 16.400

Rupiah Kembali Terkapar, Dollar AS Tembus Rp 16.400

Whats New
Permudah BPR Ajukan Perizinan Kelembagaan, OJK Luncurkan Aplikasi SPRINT

Permudah BPR Ajukan Perizinan Kelembagaan, OJK Luncurkan Aplikasi SPRINT

Whats New
Sepanjang 2023, Aplikasi Investasi Pluang Catat Kenaikan Nilai Transaksi 22 Kali Lipat

Sepanjang 2023, Aplikasi Investasi Pluang Catat Kenaikan Nilai Transaksi 22 Kali Lipat

Whats New
KPPI Mulai Penyelidikan soal Impor Ubin Keramik

KPPI Mulai Penyelidikan soal Impor Ubin Keramik

Whats New
Karier.mu dan Women’s World Banking Luncurkan Modul Kapabilitas Keuangan dan Digital, Bisa Diakses Gratis

Karier.mu dan Women’s World Banking Luncurkan Modul Kapabilitas Keuangan dan Digital, Bisa Diakses Gratis

Whats New
Bersama Mentan Amran, Presiden Jokowi Lakukan Peninjauan Program Pompanisasi di Kotawaringin Timur

Bersama Mentan Amran, Presiden Jokowi Lakukan Peninjauan Program Pompanisasi di Kotawaringin Timur

Whats New
IHSG Menguat di Akhir Sesi, Rupiah Koreksi

IHSG Menguat di Akhir Sesi, Rupiah Koreksi

Whats New
Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Whats New
Badan Bank Tanah Targetkan Peningkatan Aset Lahan 23.000 Hektar Tahun Ini

Badan Bank Tanah Targetkan Peningkatan Aset Lahan 23.000 Hektar Tahun Ini

Whats New
Surge dan Arsari Group Sepakati Kerja Sama Penyediaan Akses Internet Masyarakat

Surge dan Arsari Group Sepakati Kerja Sama Penyediaan Akses Internet Masyarakat

Whats New
2 Solusi Lupa PIN ATM BNI, Bisa dari HP Antiribet

2 Solusi Lupa PIN ATM BNI, Bisa dari HP Antiribet

Spend Smart
Mandiri Energi, Dusun di Cilacap Ini Andalkan Listrik dari Tenaga Surya

Mandiri Energi, Dusun di Cilacap Ini Andalkan Listrik dari Tenaga Surya

Whats New
Kuartal I-2024, Emiten Infrastruktur Telko SUPR Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 3,8 Persen

Kuartal I-2024, Emiten Infrastruktur Telko SUPR Cetak Pertumbuhan Laba Bersih 3,8 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com