Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Badan Karantina Pertanian: Kami Tidak Menutup Permanen Impor Sapi dari Australia

Kompas.com - 01/08/2023, 16:40 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Bambang mengungkapkan, Indonesia tidak menutup secara permanen impor sapi asal Australia, namun hanya menutup sementara waktu.

Hal ini menyusul terdeteksinya penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit infeksius pada sejumlah sapi asal Australia setelah sampai di Indonesia.

"Dalam 60 hari ini kita sebenarnya tidak menutup impor, jadi untuk diketahui kita tidak menutup impor permanen, tetapi menghentikan sementara untuk farm (peternak) yang kita temukan LSD. Ada 4 farm itu kita tutup dan sampai 60 hari," ujar Bambang saat jumpa pers di Jakarta, Selasa (1/8/2023).

Namun Bambang mengatakan, apabila hingga 60 hari sejak 12 Juli 2023 ketika surat pertama kali dilayangkan oleh Barantan RI ke Australia untuk dilakukan investigasi ternyata hasilnya positif, maka impor sapi dari negara tersebut akan diberhentikan secara total. 

Baca juga: Populasi Sapi Perah Sedikit, 80 Persen Susu Segar di RI Masih Impor

"Kemudian akan ada jawaban dari Australia bahwa kalau memang ternyata dikatakan di sana negatif maka akan terus dilanjutkan impornya, tapi kalau ternyata dia positif akan kita berhentikan," ungkap Bambang.

Lebih lanjut Bambang menjelaskan, pihaknya selaku otoritas Karantina Pertanian telah melakukan tindakan sesuai dengan standar prosedur impor komoditas pertanian, yakni hewan yang masuk ke wilayah NKRI akan dilakukan tindakan karantina guna memastikan kesehatan dan keamanan.

Temuan penyakit LSD pada sapi impor setelah dilakukan tindakan karantina berupa pemeriksaan dokumen dan fisik sapi impor diatas alat angkut. Pemeriksaan dilakukan di atas kapal oleh petugas Karantina Pertanian Tanjung Priok, di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta pada 25 Mei hingga 26 Juli 2023.

Kemudian petugas memberikan tanda khusus pada sapi-sapi impor yang menunjukkan gejala klinis untuk selanjutnya dilakukan pengambilan sampel sesaat setelah bongkar dari alat angkut.

Baca juga: Ke Afrika, Luhut Jajaki Impor 50.000 Ekor Sapi dan 300.000 Ton Kedelai

Dari hasil pemeriksaan laboratorium, positif terdeteksi LSD dan langsung dilakukan tindakan berupa pemotongan bersyarat yang diawasi oleh Dokter Hewan Karantina.

"Kami dapati temuan gejala klinis LSD pada sapi impor terus bertambah, karena itu kami putuskan untuk menangguhkan importasi dari empat fasilitas tersebut," katanya.

Adapun diberitakan sebelumnya, Indonesia menghentikan impor sapi hidup dari Australia. Penghentian itu dilakukan karena sejumlah sapi dari negara tersebut terdeteksi penyakit Lumpy Skin Disease (LSD) atau penyakit kulit infeksius.

Mengutip dari Reuters, pemerintah Australia mengatakan sejumlah sapi terdeteksi LSD setelah sampai di Indonesia. Indonesia kabarnya melakukan penghentian impor sapi hidup yang diimpor dari empat wilayah di Australia.

Namun, Australia tidak merinci jumlah sapi yang terinfeksi dan di mana saja empat wilayah terdampak.

Baca juga: Jelang Ramadhan, Impor Sapi Melesat pada Februari 2023

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kementan Buka Lowongan Kerja Jadi Pengawas Proyek, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Kementan Buka Lowongan Kerja Jadi Pengawas Proyek, Ini Syarat dan Cara Daftarnya

Whats New
Manual ke Matic, Bank Saqu Giatkan Kebiasaan Menabung melalui Fitur 'Tabungmatic' Pertama di Indonesia

Manual ke Matic, Bank Saqu Giatkan Kebiasaan Menabung melalui Fitur "Tabungmatic" Pertama di Indonesia

Whats New
Bank Saqu Ajak Nasabah Menabung dari Kembalian Transaksi QRIS

Bank Saqu Ajak Nasabah Menabung dari Kembalian Transaksi QRIS

Whats New
MedcoEnergi Tebar Dividen Rp 1,13 Triliun dari Laba 2023

MedcoEnergi Tebar Dividen Rp 1,13 Triliun dari Laba 2023

Whats New
Tarif Promo Berakhir, Ini Tarif Baru LRT Jabodebek Mulai 1 Juni 2024

Tarif Promo Berakhir, Ini Tarif Baru LRT Jabodebek Mulai 1 Juni 2024

Whats New
Harga Bahan Pokok Jumat 31 Mei 2024, Harga Ikan Kembung dan Ikan Tongkol Naik

Harga Bahan Pokok Jumat 31 Mei 2024, Harga Ikan Kembung dan Ikan Tongkol Naik

Whats New
Ricuh soal Tapera, Wapres Ma'ruf Sebut Karena Kurang Sosialisasi

Ricuh soal Tapera, Wapres Ma'ruf Sebut Karena Kurang Sosialisasi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini? Simak Analisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Apakah Program Tapera Menguntungkan bagi Bisnis Properti?

Apakah Program Tapera Menguntungkan bagi Bisnis Properti?

Whats New
Emiten Keamanan Siber ITSEC Asia Cetak Pendapatan Rp 208,76 Miliar Sepanjang 2023

Emiten Keamanan Siber ITSEC Asia Cetak Pendapatan Rp 208,76 Miliar Sepanjang 2023

Whats New
MRT Jakarta Kembali Beroperasi Normal Pagi Ini

MRT Jakarta Kembali Beroperasi Normal Pagi Ini

Whats New
Wall Street Jatuh, Terseret Saham Salesforce yang Anjlok 19,7 Persen

Wall Street Jatuh, Terseret Saham Salesforce yang Anjlok 19,7 Persen

Whats New
Tak Perlu Tapera, Pekerja Bisa Dapat Pembiayaan Rumah dari BPJS Ketenagakerjaan

Tak Perlu Tapera, Pekerja Bisa Dapat Pembiayaan Rumah dari BPJS Ketenagakerjaan

Whats New
Saat Wakil Presiden Meresmikan Gedung Landmark BSI Aceh

Saat Wakil Presiden Meresmikan Gedung Landmark BSI Aceh

Whats New
Perusahaan Gas Negara Bakal Tebar Dividen Rp 3,61 Triliun

Perusahaan Gas Negara Bakal Tebar Dividen Rp 3,61 Triliun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com