Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Anggito Abimanyu
Dosen UGM

Dosen Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Ketua Departemen Ekonomi dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM. Ketua Bidang Organisasi, Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia

Pelemahan Rupiah Berlanjut?

Kompas.com - 16/10/2023, 06:06 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Berbeda dengan beberapa negara lain yang membebankan kenaikan harga energi dan pangan kepada masyarakat, di Indonesia, kenaikan tersebut diserap oleh belanja APBN. Tentu pasar memantau sampai seberapa kekuatan APBN kita.

Penurunan volatilitas rupiah akan sangat tergantung pada kemampuan Bank Indonesia untuk mengendalikan peredaran uang dengan berbagai kebijakan makro dan mikro prudensial.

Pergerakan rupiah yang berlebihan tentu juga memengaruhi ketidakstabilan pasar keuangan, seperti suku bunga perbankan, harga saham pasar modal dan pengembalian obligasi serta orientasi investasi portofolio di dalam dan di luar negeri.

Kedepan Rupiah diperkirakan masih akan melemah terhadap dollar AS yang diiringi juga dengan perkiraan meningkatkan imbal hasil obligasi AS menarik dana masuk ke AS.

Kondisi makro ekonomi Indonesia masih cukup kuat. Premi risiko CDS (credit default swap) Indonesia 5 tahun pada oktober 2023 adalah 94 bps, menurun dibandingkan sebelumnya sebesar 97 bps. Artinya investor masih menganggap risiko investasi portofolio di Indonesia menurun.

Di pasar modal, investor asing di pasar keuangan domestik melakukan aksi jual neto Rp 4,32 triliun, terdiri dari jual neto Rp 4,62 triliun di pasar obligasi negara, jual neto Rp 0,10 triliun di pasar saham.

Selama 2023, investor asing melalukan aksi beli neto di atas Rp 50 triliun di pasar SBN, jual neto di atas Rp 7 triliun di pasar saham, dan beli neto sekitar Rp 9 triliun di SRBI (Sekuritas Rupiah Bank Indonesia).

Yang cukup mengkhawatirkan adalah penurunan nilai cadangan devisa. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 menurun sekitar 2,5 miliar dollar AS dari posisi akhir Agustus 2023 sebesar 137 miliar dollar AS.

Penurunan tersebut antara lain disebabkan pembayaran utang luar negeri pemerintah dan perlunya stabilisasi nilai tukar Rupiah sebagai upaya mengantisipasi dampak limpahan ketidakpastian pasar keuangan global yang semakin meningkat.

Posisi cadangan devisa tersebut masih setara di atas 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Jumlah bulan tersebut masih di atas standar kecukupan internasional yang berkisar tiga bulan impor.

Bank Indonesia menilai, jumlah cadangan devisa saat ini mampu mendukung kemampuan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Minggu ini, Bank Indonesia akan melakukan pertemuan resmi bulanan Dewan Gubernur untuk menentukan arah kebijakan moneter yang menjadi jangkar bagi kebijakan makro pelaku sektor keuangan dan pasar modal.

Dalam jangka pendek tidak ada salahnya Bank Indonesia melakukan kebijakan agresif untuk memukul aksi para spekulen di pasar uang dan pasar modal.

Dalam jangka menengah, BI diharapkan untuk terus berusaha memperdalam investasi portofolio agar tidak terjadi pelarian dana keluar terlalu cepat, bahkan menarik dana asing untuk memperkuat stabilitas rupiah kedepan. Kita tunggu gebrakannya.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com