Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos BRI Ungkap Peran AI dalam Perbankan

Kompas.com - 24/01/2024, 12:39 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI mengungkapkan, perkembangan teknologi terutama di bidang Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan tak hanya memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia.

Di sisi lain, kecerdasan buatan juga memunculkan potensi risiko ke depan, sehingga diperlukan penguatan regulasi.

Direktur Utama BRI Sunarso berpandangan, AI berdampak meningkatkan produktivitas dan efisiensi di tubuh perseroan.

Salah satu produk hasil transformasi digital BRI yang terkait dengan AI yakni BRIBRAIN. BRIBRAIN merupakan “pusat otak digital” BRI yang mengkonsolidasikan kapabilitas AI dan analitik.

Baca juga: BRI Bakal Selesaikan Penyaluran KUR Sebelum September 2024

Tujuannya untuk meningkatkan customer engagement, anti-fraud & risk analytics, credit underwriting, hingga automasi untuk smart services & operations.

AI Recommendation System yang dimiliki BRI telah diimplementasikan untuk memilih calon nasabah potensial berdasarkan data seperti jumlah simpanan, portofolio pinjaman, demografi dan lokasi.

"Dampaknya, dengan penggunaan AI mampu meningkatkan conversion rate sebesar 60 persen dan meningkatkan kualitas akuisisi debitor sebesar 49 persen,” jelas Sunarso dalam keterangan resmi, Rabu (24/1/2024).

Baca juga: BRI Setor Dividen Interim Rp 6,8 Triliun untuk Negara

Ia menambahkan, contoh lain penggunaan kecerdasan buatan adalah pemanfaatan AI pada BRImo. AI digunakan dalam memberikan rekomendasi transaksi serta penawaran produk yang customize sesuai profil nasabah.

”Pemanfaatan AI tersebut terbukti mampu mengakselerasi kinerja BRImo, dan saat ini BRImo telah menjelma sebagai super apps serba bisa yang telah digunakan oleh 31,6 juta users dengan volume transaksi mencapai Rp 4.158 triliun atau tumbuh 55,8 persen secara tahunan (yoy) per Desember 2023," imbuh dia.

Di sisi lain, Sunarso juga menyoroti terkait pembatasan regulasi terkait AI sebagai upaya preventif mencegah terjadinya kejahatan di masa mendatang.

”Saya termasuk yang gelisah sedikit, yang saya gelisahkan sama yakni butuh regulasi. Itu mesin memang bisa melakukan dan mengkerjakan ribuan algoritma, tapi kelemahannya tetap dia tidak punya perasaan. Ketika data yang masuk tanpa perasaan, dimanipulasi, dan itulah yang terjadi di cyber crime. Ada orang yang lebih pintar dari pencipta AI itu sendiri menggunakannya untuk cyber crime,” imbuh Sunarso.

Baca juga: Kenali 3 Jenis KUR BRI dan Cara Mendapatkannya


Sunarso pun telah memiliki tiga strategi untuk mengurangi potensi risiko dari keberadaan AI.

Strategi pertama yaitu regulasi, lalu kemampuan teknis menyaring data yang akan dimasukkan ke engine AI, dan terakhir adalah kepatuhan.

“Jadi strategi jangka panjang, BRI tetap akan menerapkan strategi hybrid. Menggunakan otak mesin yg tugasnya mengerjakan pekerjaan yang rumit dan berulang. Tapi menyimpulkan hasil akhir dan menentukan keputusan tetap harus manusia,” tandas Sunarso.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com