Selanjutnya, Komaidi mengatakan bahwa hilirisasi dan prospek bisnis industri kilang migas diproyeksikan masih akan cukup baik dan besar.
Hal itu terkait dengan kondisi bahwa saat ini sekitar 70 persen kebutuhan petrokimia dan 32 persen kebutuhan BBM Indonesia, masih harus dipenuhi dari impor.
Hilirisasi migas, lanjut Komaidi, juga berpotensi memberikan manfaat positif terhadap kinerja keuangan Pertamina dan keuangan negara.
Berdasarkan data, pendapatan segmen kilang dan petrokimia Pertamina pada tahun 2022 dilaporkan sekitar Rp 572 triliun.
Kontribusi segmen kilang dan petrokimia Pertamina terhadap penerimaan negara melalui pembayaran pajak (PPh 22 Impor, PPN & PPnBM, Bea dan Cukai, dan Pajak Daerah) pada tahun 2022 dilaporkan sebesar Rp 49,72 triliun.
Terkait dengan manfaat ekonomi hilirisasi dan keberadaan industri kilang migas yang cukup besar tersebut, Komaidi menilai, penting untuk dirumuskan dukungan kebijakan yang optimal untuk pengembangan industri kilang di Indonesia.
Kebijakan pengembangan kilang pada negaranegara lain seperti melalui memberikan insentif investasi dan perpajakan, bahkan pemerintah dari sejumlah negara tercatat berperan sebagai pelaksana langsung dalam pembangunan kilang, kiranya dapat dipertimbangkan untuk diadopsi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.