Pengamat pasar uang Ariston Tjendra mengatakan, meskipun rupiah melemah di awal sesi, tren rupiah hari ini menguat.
Penguatan rupiah didukung oleh data indikator inflasi AS yang lebih rendah dari sebelumnya, dan laporan data manufaktur PMI China yang menunjukkan pertumbuhan di level 50,8 di mana bulan sebelumnya dirilis kontraksi di level 49,1.
Baca juga: IHSG Melemah Tinggalkan Level 7.300, Rupiah Naik Tipis
“Hasil dari China ini bisa memberikan sentimen positif untuk aset berisiko termasuk nilai tukar emerging markets. Rupiah berpotensi menguat hari ini terhadap dollar AS hari ini,” kata Ariston kepada Kompas.com.
Namun, tekanan dollar AS terhadap rupiah kelihatan masih cukup tinggi. Ketegangan geopolitik masih bisa mendorong sebagian pelaku pasar masuk ke aset aman dollar AS.
Dari dalam negeri, potensi inflasi ke depan dengan wacana kenaikan PPN dan defisit transaksi berjalan juga membebani rupiah yang bisa menahan penguatan rupiah lebih lanjut.
Ariston memperkirakan rupiah hari ini berpotensi menguat ke arah Rp 15.800 per dollar AS dan potensi pelemahan ke arah Rp 15.900 per dollar AS.
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.