JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot akhirnya menguat pada Kamis (13/6/2024). Apresiasi ini terjadi setelah bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), memberikan sinyal untuk menurunkan tingkat suku bunga acuannya sebanyak 1 kali pada tahun ini.
Mengacu pada data Bloomberg, rupiah bergerak cenderung menguat sepanjang hari ini, dan berakhir naik 0,15 persen ke Rp 16.270 per dollar AS.
Sementara itu, berdasarkan data Bank Indonesia (BI) JISDOR, kurs rupiah pada kamis hari ini Rp 16.286 per dollar AS. Ini lebih rendah dari posisi Rabu (12/6/2024) kemarin sebesar Rp 16.297 per dollar AS.
Baca juga: Nilai Tukar Rupiah Dekati Rp 16.300 per Dollar AS, Ini Penjelasan Bi
Penguatan nilai tukar rupiah selaras dengan indeks dollar AS yang melemah. Berdasarkan data Investing, indeks dollar AS turun sekitar 0,25 persen ke kisaran 104,35.
Koreksi greenback terjadi setelah The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di kisaran 5,25 - 5,50 persen, seperti yang diperkirakan analis secara luas. Bank sentral juga mengungkapkan bahwa inflasi mulai menunjukkan pergerakan positif.
"Dalam beberapa bulan terakhir, terdapat sedikit kemajuan menuju tujuan inflasi 2 persen yang ditetapkan oleh Komite,” mengutip pengumuman The Fed, Rabu.
Perkiraan The Fed yang terbaru juga dirilis pada hari Rabu, dan menunjukkan bahwa bank sentral hanya memperkirakan satu kali penurunan suku bunga yang akan terjadi pada tahun ini. Jumlah tersebut turun dari tiga kali penurunan suku bunga yang diharapkan pada awal tahun 2024.
"Skenario seperti ini juga menjadi pertanda buruk bagi mata uang yang didorong oleh risiko," ujar Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, dalam keterangannya.
Di tengah kondisi pasar keuangan yang masih dibayangi ketidakpastian, Bank Indonesia (BI) berkomitmen untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Edi Susianto mengatakan, bank sentral terus melakukan intervensi di pasar keuangan.
Upaya intervensi dilakukan di pasar spot dan domestic non deliverable forward (DNDF), serta pembelian surat berharga negara (SBN) di pasar sekunder.
"BI memastikan berada di pasar untuk menjaga jangan sampai ada gejolak yang ekstrim dan menjaga keseimbangan supply-demand valas terkendali untuk tetap confidence pasar tetap terjaga," ucap Edi, kepada Kompas.com.
Baca juga: Rupiah Kian Tertekan, Ini Pemicunya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.