Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sorotan Bank Dunia Terhadap Program Makan Siang Gratis

Kompas.com - 27/06/2024, 07:48 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia menyoroti pelaksanaan program makan siang gratis dalam laporan bertajuk "Unleashing Indonesia's Business Potential". Dalam laporan tersebut, Bank Dunia membeberkan temuan pelaksanaan program yang sudah dijalankan di berbagai negara itu.

Program makan siang gratis atau istilah yang digunakan Bank Dunia, school meals, disebut sebagai program intervensi yang sangat populer dilakukan negara. Tercatat sampai dengan 2022, sudah terdapat 418 juta anak dari berbagai belahan penjuru dunia sudah mendapatkan manfaat dari program school meals.

School meals dilakukan dengan sejumlah tujuan, mulai dari meningkatkan kesehatan dan nutrisi, meningkatkan angka partisipasi dan pembelajaran sekolah, serta sebagai jaring pengaman sosial.

Pada saat bersamaan, tujuan dari pelaksanaan school meals semakin berkembang, seperti memperkuat rantai pasok pengembangan pasar lokal dan sebagai peredam dari suatu gejolak.

"Dengan evolusi ini, semakin kompleks perumusan dan implementasi (makan siang gratis)," tulis Bank Dunia, dikutip Kamis (27/6/2024).

Baca juga: Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Awal Pemerintahan Prabowo-Gibran 5,1 Persen

Lembaga keuangan internasional itu pun menilai, pelaksanaan makan siang gratis dapat berjalan paling efektif, apabila dilengkapi dengan intervensi kesehatan, edukasi, dan nutrisi. Oleh karenanya, menjadi sangat penting untuk menentukan secara jelas tujuan dari program tersebut.

"Hal ini akan memastikan pelaksanaan yang efektif dan intervensi yang didukung merupakan cara yang paling hemat biaya untuk mencapai hasil yang diinginkan," tulis Bank Dunia.

Namun demikian, data menunjukan, angka partisipasi sekolah dengan kehadiran program makan siang gratis bervariatif di sejumlah negara.

Program ini akan berdampak kuat terhadap tingkat partisipasi sekolah bagi negara yang tergolong berpendepatan rendah dan menengah ke bawah, di mana akses pendidikan memang menjadi masalah.

"Tapi manfaat program makan siang di negara dengan tingkat partisipasi sekolah yang sudah tinggi menjadi terbatas," tulis Bank Dunia.

Baca juga: Ramalan Bank Dunia untuk Ekonomi RI 2024, Inflasi 3 Persen, PDB 5,1 Persen

 


Secara umum, program makan siang gratis bisa menjadi efektif bagi negara yang menghadapi isu pangan. Untuk mendapatkan hasil peningkatan nutrisi anak-anak, maka diperlukan juga intervensi nutrisi seperti memberikan suplemen.

Akan tetapi, program makan siang sebenarnya tidak didesain untuk mengatasi masalah stunting. Pasalnya, program itu tidak dibuat dengan menyasar individu di 1.000 hari pertama kehidupan.

"Namun, makanan di sekolah mungkin berdampak pada keragaman pola makan pada anak-anak yang bersekolah, meskipun hal ini bergantung pada komoditas spesifik yang ditawarkan," tulis Bank Dunia.

Bank Dunia menekankan, penetapan target program makan siang gratis akan berimplikasi besar terhadap efisiensi dan efektivitas program tersebut. Target ini biasanya menjadi berbeda bagi negara berpendapatan tinggi dengan negara berpendapatan rendah serta menenah.

Baca juga: Membandingkan Anggaran Makan Siang Gratis Rp 71 Triliun dengan Pembangunan IKN

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com