Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Agar Untung, Kementan Beberkan Kiat Tekan Ongkos Produksi Pertanian

Kompas.com - 02/03/2019, 17:30 WIB
Mico Desrianto,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian (Kementan), Suwandi membeberkan kiat tekan ongkos produksi sayuran agar dapat meraup untung setiap panen tiba.

Hal tersebut diungkapkan Suwandi saat rapat dengan perwakilan para petani cabe dari berbagai wilayah di Jawa Timur yang berlokasi di Kantor Pemerintah Daerah Kabupaten Malang, Sabtu (2/3/2019).

“Caranya dengan menggunakan benih unggul agar produktif. Lalu hindari pemupukan kimiawi dan beralih menggunakan pupuk organik sehingga hemat biaya dan mengembalikan kesuburan lahan,” ujar Suwandi sesuai dengan keterangan yang Kompas.com terima.

Tak selesai sampai disitu, Suwandi turut menjelaskan jika petani harus dilatih lewat kegiatan traning of traner (TOT). Lewat kegiatan tersebut, nantinya petani akan memahami hal-hal apa saja yang bisa menambah pemasukan.

“Pengelolaan produk harus dijaga kebersihannya, produk diubah menjadi kualitas tinggi sehingga dapat masuk supermarket dan di ekspor. Bahkan limbah sayurpun bisa menghasilkan jika diolah menjadi kompos maupun pakan ternak,” lanjut Suwandi.
 
Suwandi mengakui jika masih terdapat beberapa pekerjaan rumah yang harus segera dibenahi agar petani mendapatkan harga yang bagus, seperti aspek distribusi.

Seperti contoh peristiwa surplus produksi sayuran di Jawa yang terkendala biaya kargo pesawat sehingga membuat distribusi terhambat. Untuk menyiasatinya, saat ini Kementan tengah berfokus pada penguatan aspek industri olahan dan tata niaga.

“Faktor pembentuk harga selain aspek pasokan atau produksi, juga dipengaruhi aspek distribusi, logistik, tata niaga, struktur dan perilaku pasar, serta industri hilir olahan,”terang Suwandi.

Membentuk koperasi

Selain mengupayakan hal-hal di atas, Kementan turut membentuk koperasi dan sejenisnya untuk para petani. Fungsinya akan memudahkan petani dalam akses pembiayaan.

"Manfaatnya bertingkat, seperti dapat menyuplai benih unggul, pupuk, pestisida hingga seragam kepada petani. Lalu untuk transfer teknologi sehingga produknya bermutu sama," ujar Suwandi.

Keberhasilan pembentukan koperasi telah dirasakan oleh petani di Kediri. Dengan melibatkan 18.000 petani, koperasi tersebut berhasil mencetak omset hingga Rp 16 miliar dan memiliki aset senilai Rp 35 miliar.

"Jika sudah kuat nantinya petani akan menjadi penentu harga bukan penerima harga. Maka dari itu usahakan pilih pengurus koperasi yang amanah dan profesional," ucap Suwandi.

Selain koperasi, Suwandi menyebutkan masih ada langkah lagi untuk mensiasati harga sayuran. Dengan membentuk pasar lelang seperti ada di Pakem Sleman, pasar lelang cabai Kulonprogo, Magelang, Karanganyar Siborongborog dan delapan lokasi lainnya.

“Lewat cara ini, petani dapat menikmati harga tertinggi dari penawar yang ada. Memotong rantai pasok dan dibayar tunai,” tutup Suwandi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Bulog: Imbas Rupiah Melemah, Biaya Impor Beras dan Jagung Naik

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com