BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sido Muncul

Kepercayaan Masyarakat Jadi Strategi Sido Muncul untuk Terus Bertahan

Kompas.com - 25/03/2019, 10:45 WIB
Anissa DW,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

SAMARINDA, KOMPAS.com – Bagi pengusaha seperti Irwan Hidayat, waktu 50 tahun bukanlah waktu yang sebentar. Selama 5 dekade itu banyak hal terjadi dalam bisnis yang dijalankannya.

Menurut Direktur PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk itu, selama 50 tahun perjalanannya hingga Sido Muncul sebesar saat ini tidaklah selalu mulus.

Pria yang telah berkecimpung di industri herbal sejak 1969 ini bahkan mengaku, pernah memiliki utang yang cukup besar kepada bank sekitar tahun 1972.

“Waktu itu nilai penjualan sekitar Rp 800 ribu per bulan. Punya utang di bank mencapai 46 juta, tapi ya bisa saya lewati dengan menciptakan program baru dan iklan,” cerita Irwan.

Dengan berbagai usaha yang dilakukan, akhirnya dalam waktu satu bulan angka penjualannya naik menjadi Rp 12 juta dan selang 8 bulan kemuian hutangnya lunas.

Meskipun bisa melewati titik tersebut, Irwan mengaku bahwa selama 20 tahun pertama dirinya memimpin Sido Muncul tidak ada kemajuan berarti. 

Pentingnya kepercayaan

Baru mulai tahun 1990-an, Irwan menyadari apa yang harus ia perbuat kepada Sido Muncul, yakni membangun kepercayaan.  

 

"Sejak saat ini saya mulai berubah. Apa saja saya lakukan supaya menghasilkan sesuatu yang membuat orang percaya,” ceritanya, ketika memberikan seminar di Universitas Mulawarman, Sabtu (23/03/2019).

Menurut dia, kepercayaan dari masyarakat dan konsumen adalah salah satu faktor penting dalam bisnis agar bisa terus bertahan.

Irwan menambahkan, dalam bisnis obat herbal, seperti Sido Muncul terdapat berbagai macam cara yang dapat dilakukan untuk membangun kepercayaan masyarakat. Contohnya, dimulai dari proses produksi.

Sebagai salah satu produsen jamu dan obat herbal terbesar di Indonesia, Sido Muncul selalu memastikan semua produknya aman dan halal untuk dikonsumsi.

Untuk itu, mereka melakukan 5 tahap uji kualitas untuk setiap batch produksinya, yakni tes kandungan logam berat, tes pupuk, tes pestisida, tes aflatoksin, dan tes DNA.

Tak hanya itu, kepercayaan masyarakat juga dapat diperoleh dengan cara lain, seperti iklan serta promosi pariwisata.

Sido muncul pun rutin melakukan program-program sosial sebagai bagian dari corporate social responsibility (csr) mereka, seperti operasi katarak dan bibir sumbing gratis.

Lebih lanjut, menurut Irwan, kepercayaan masyarakat bisa semakin meningkat lewat adanya penelitian-penelitian ilmiah yang relevan dengan produk-produknya.

Sayangnya, menurut Irwan, para akademisi belum menaruh minat yang besar dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang herbal.

“Kalau akademisi, 10 atau 15 tahun yang lalu mungkin tidak memberikan perhatian. Terutama dari kalangan kedokteran, masih sering salah mengerti tentang industri jamu. Farmasi juga mungkin kurang intens dalam mengola sumber alam kita ini,” terang Irwan.

Padahal obat herbal memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia. Dikutip dari Kompas.com, Sabtu (06/05/2018), dari 40 ribu spesies tanaman obat, 30 ribu spesies berada di Indonesia.

PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk dan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) di kantor Gubernur Kalimantan Timur, Jumat (22/03/2019)Dok. Sido Muncul PT. Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul, Tbk dan Fakultas Farmasi Universitas Mulawarman melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) di kantor Gubernur Kalimantan Timur, Jumat (22/03/2019)

Dari jumlah tersebut, sebanyak 9.600 spesies tumbuhan mengandung khasiat tinggi sebagai obat-obatan alami. Namun, baru sekitar 200 spesies yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional.

Kerja sama dengan institusi pendidikan

Untuk itu, sejak 2007 Sido Muncul secara aktif memberikan seminar tentang obat dan industri herbal ke berbagai kampus di Indonesia. Sebab, Irwan ingin dunia akademisi menaruh minat lebih kepada obat-obatan herbal.

“Tujuannya kami ingin supaya kalangan akademisi itu menaruh minat kepada bahan-bahan alam kita. Jadi, nanti kalau mereka berminat besar pasti akan terlibat dan kemudian menghasilkan hal-hal baru yang lebih baik,” terangnya.

Lebih dari itu, melalui seminar-seminar yang diselenggarakan itu, Irwan juga akan terus memperkenalkan kepada akademisi tentang Sido Muncul dan bagaimana mereka mengolah bahan-bahan herbal.

“Pertama saya ingin memperkenalkan bagaimana industri kami mengolah, tidak seperti yang dibayangkan. Kami mengolah lebih modern dari farmasi atau minimal kami menuruti SOP pabrik farmasi,” ucap dia.

Kedua, dia ingin agar terwujud kerja sama yang baik antara industri herbal dan lembaga pendidikan. Caranya, melakukan penandatangan Memorandum of Understanding (MOU) dengan beberapa universitas di Indonesia.

Salah satu kerja sama terbaru adalah penandatangan MOU bersama Universitas Mulawarman, Jumat (22/03/2019). Dekan Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman Laode Riaji pun menyambut baik ajakan kerja sama tersebut.

Menurut dia, kerja sama ini dapat menghasilkan sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan kekayaan alam secara berkelanjutan dalam bentuk produk farmasi untuk kesehatan dan lapangan kerja.

“Nanti bisa dirumuskan apa yang kami dan Sido Muncul butuhkan. Jadi, itulah model kerja sama. Tentu kami sama-sama punya keperluan terutama soal pendidikan,” ucap Laode, Sabtu (23/03/2019).

Bagi Laode, melalui kerja sama itu pula dosen dan mahasiswa dapat belajar tentang industri farmasi secara nyata, bukan hanya teori. Misalnya, para mahasiswa dapat belajar secara langsung melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN) di pabrik Sido Muncul.


Terkini Lainnya

komentar di artikel lainnya
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com