Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DBS: Ekonomi Global Dihadapkan Perang Dunia di Segala Lini

Kompas.com - 02/07/2019, 09:11 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita ,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pertemuan KTT G20 di Jepang memupuk harapan para investor untuk memperbaiki kondisi global. Sebab, perang dagang antara China dan Amerika Serikat serta tuntutan agar pembicaraan bilateral dilanjutkan kemungkinan akan menjadi sorotan. Sayangnya, ada banyak hal lain di luar itu yang menimbulkan kekhawatiran.

Chief Economist DBS Group Research Taimur Baig mengatakan, perekonomian global saat ini dihadapkan pada perang dagang di berbagai lini. Perebutan pengaruh antara China dan AS semakin luas, mulai dari keamanan dunia maya hingga Laut Cina Selatan.

Secara tersirat, itu terkait juga dengan keadaan Korea Utara. Kekhawatiran pun meningkat sehubungan dengan Iran yang membuat prospek pasokan minyak mentah dan LNG semakin gelap.

Baca juga: Bank Dunia Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI, Ini Sebabnya

Sementara itu, medan baru perang dagang terus terbuka. Produsen mobil di Asia dan Eropa berada di bawah ancaman AS,  sementara Meksiko menghindari tarif dengan dalih masalah imigran pada saat-saat terakhir.

"Kami tidak melihat Gedung Putih di bawah kepemimpinan Trump merasa bahwa menemukan penyelesaian untuk semua masalah itu hal mendesak," ujar Baig dalam keterangan tertulis, Selasa (2/7/2019).

Melihat berbagai rintangan tersebut, kata Baig, ternyata tak banyak dampak negatifnya terhadap pertumbuhan ekonomi.

"Bank Sentral AS mungkin terlihat cenderung semakin lunak, namun kami berpendapat bahwa data ekonomi nyaris tidak menuntut sikap defensif," kata Baig.

Proyeksi produk domestik bruto Bank Sentral Atlanta untuk triwulan April-Juni hampir tidak menunjukkan kecenderungan memprihatinkan. Dengan data tersebut, kata Baig, sejauh ini menunjukkan ekonomi masih sehat.

Secara global, pasar aset membaik sebagai antisipasi dukungan kebijakan. Pelaku pasar nampak sangat bersemangat mencari ruang untuk bernafas.

"Namun, pergerakan emas dan minyak baru-baru ini menunjukkan bahwa perilaku yang menghindari risiko mungkin akan segera berakhir dan siap untuk berbalik arah," kata Baig.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com