Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI: Posisi RI untuk Ambil Kesempatan Perang Dagang Diambil Vietnam

Kompas.com - 31/07/2019, 19:22 WIB
Mutia Fauzia,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Perang dagang antara Amerika Serikat dan China merupakan peluang bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk menggenjot kinerja ekspor. Pasalnya, banyak produk yang dipasok oleh China ke AS dikenai tarif impor.

Sehingga, terdapat celah untuk negara berkembang memenuhi kebutuhan impor Negeri Paman Sam tersebut.

Namun sayangnya, Indonesia tidak mendapatkan potongan kue perang dagang Amerika Serikat dan China tersebut. Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Rosmaya Hadi mengatakakan, posisi Indonesia untuk memanfaatkan momentum perang dagang justru diambil alih oleh Vietnam.

Baca juga: Mengapa Indonesia Tertinggal dari Vietnam?

"Trade war antara Amerika Serikat dan China ini, kalau Indonesia siap, sebenarnya bisa mengambil alih menggantikan ekspor China ke AS, sayangnya posisi itu diambil alih Vietnam," ujar Rosmaya ketika berkunjung ke redaksi Kompas.com, Rabu (31/7/2019).

Sebagai catatan, sejak perang dagang membuat produk impor dari China dikenai tarif, banyak produsen asal China yang memindahkan pusat produksinya ke Vietnam. Data bank investasi asal Jepang Nomura menunjukkan, Vietnam merupakan penerima pesanan terbesar yang dialihkan dari China.

Nilai pesanan yang dialihkan ke Vietnam pada kuartal pertama tahun ini bahkan seara dengan 7,9 persen dari PDB negara Asia Tenggara tersebut.

Baca juga: Meksiko dan Vietnam Jadi Negara yang Paling Diuntungan dalam Perang Dagang

Adapun Taiwan, yang menduduki posisi kedua sebagai penerima kue perang dagang terbesar hanya mendapatkan limpahan yang setara dengan 2,1 persen dari PDB mereka.

"Karena berbagai hal, kita belum siap menggantikan ekspor yang dilakukan oleh China ke AS," jelas Rosmaya.

Pada saat yang sama, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Aida S Budiman menjelaskan, banyak hal yang memengaruhi kalahnya Indonesia melawan Vietnam dalam memanfaatkan momentum perang dagang, salah satunya dari iklim investasi.

"Salah satu problem-nya Indonesia belum bisa meningkatkan kecepatan produksinya untuk bisa setinggi Vietnam," ujar dia.

Baca juga: Kenapa Investasi Indonesia Kalah dari Vietnam? Ini Kata Sri Mulyani

Walaupun demikian, Aida menegaskan bukan berarti Indonesia tidak memiliki daya saing. Pasalnya, terdapat beberapa produk Indonesia yang tetap lebih unggul jika dibandingkan dengan Vietnam.

"Kita potensi besar di tekstil, kemudian alas kaki, karet, furnitur, kimia organik, dan otomotif untuk spare part-nya," ujar dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun, Bulog Tunggu Arahan Pemerintah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com