Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Amerika Serikat Juga Pernah Beberapa Kali Alami Mati Listrik Total

Kompas.com - 06/08/2019, 22:18 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Mati listrik total atau blackout terjadi di area DKI Jakarta, Banten, dan sejumlah wilayah di Jawa Barat, Minggu (4/8/2019) lalu. Pemadaman listrik pun masih berlanjut di beberapa daerah hingga Senin (5/8/2019).

Namun demikian, Indonesia tak sendirian mengalami blackout tersebut. Sejumlah negara, tanpa kecuali negara maju pun pernah mengalami mati listrik secara luas.

Ketua Conseil International des Grand Reseaux Electriques atau Dewan Internasional Sistem Listrik Besar (CIGRE) Indonesia Herman Darnel Ibrahim menuturkan, kejadian blackout juga pernah terjadi di sejumlah tempat, termasuk di negara maju.

Baca juga: Ini Daftar Kota Besar Dunia yang Mengalami Black Out

Ia memberi contoh, Amerika Serikat pernah beberapa kali mengalami blackout. Di kota New York saja, tercatat pernah mengalami blackout selama tiga kali, yakni 13 Juli 1977, 14 Agustus 2003, dan 14 Juli 2019 alias bulan lalu.

"Jadi rata-rata periodenya 15-20 tahunan," ujar Herman dalam keterangannya, Selasa (6/8/2019).

Pemulihan blackout di New York pada tahun 2003, imbuh Herman, memerlukan waktu lebih dari dua hari. Sementara pada kejadian blackout teranyar pada bulan lalu, jaringan listrik juga baru pulih setelah dua hari.

“California juga pernah mengalami blackout tahun 1996, 2011, 2018 dan 2019," sambungnya.

Kemudian ibukota AS Washington DC juga pernah mengalami pemadaman listrik, yakni pada 27 Juli 2019 lalu.

Baca juga: Persatuan Insinyur: Jaringan Listrik RI Paling Kompleks di Dunia

Begitu lazimnya kejadian ini, sehingga dalam konferensi CIGRE yang diselenggarakan tiap tahun genap di Paris, Perancis, selalu ada sesi khusus yang mempresentasikan kejadian blackout di suatu negara.

Terkait mati listrik pada Minggu, Herman menjelaskan dalam sistem interkoneksi listrik Jawa-Bali, setidaknya pernah terjadi 4 kali blackout, yakni pada tanggal 13 April 1997, 18 Agustus 2005, 18 Maret 2009, dan terakhir 4 Agustus 2019 lalu.

"Jadi kira-kira periodenya sekali dalam 5-10 tahunan," tuturnya.

Herman memaparkan, gangguan blackout umumnya diawali oleh gangguan dari luar, hubungan ke tanah atau lainnya. Gangguan juga bisa terkait dengan kelemahan dalam komponen sistem seperti kekurangan infrastruktur (N-1), asupan terkait setting proteksi, kontrol, dan lain-lain.

"Sistem Jawa Bali adalah interkoneksi yang sangat besar dengan sekitar 500 gardu Induk dan 200-an unit pembangkit serta ribuan kilometer transmisi. Melalui sistem interkoneksi itu, sejatinya sistem menjadi sangat kuat sehingga jarang sekali terjadi gangguan pasokan yang disebabkan oleh pembangkit dan transmisi," ungkapnya.

Baca juga: Rapat dengan DPR, PLN Minta Waktu untuk Investigasi Mati Listrik

Namun sebaliknya, karena begitu besar dan kompleksivitasnya sistem, jika terjadi blackout akan butuh waktu lama untuk pemulihan.

Lalu, bagaimana mengatasinya?

Untuk mengetahui akar penyebab blackout, menurut Herman, lazimnya dan memang sudah seharusnya dilakukan investigasi yang melibatkan para ahli dari luar utility.

"Semua rekam data dan data peralatan dikumpulkan dan dianalisa oleh tim penyelidik yang dibentuk. Kemudian dibahas kemungkinan-kemungkinan penyebab, lalu disimpulkan penyebabnya, apakah karena kelemahan peralatan, gangguan pada komponen, kelemahan sistem proteksi atau setting-nya atau bisa juga faktor sumber daya manusia (human error)," papar Herman.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Sri Mulyani: Barang Non Komersial Tak Akan Diatur Lagi dalam Permendag

Whats New
Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Lebih Murah dari Saham, Indodax Sebut Banyak Generasi Muda Pilih Investasi Kripto

Earn Smart
Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Jokowi Minta Bea Cukai dan Petugas Pelabuhan Kerja 24 Jam Pastikan Arus Keluar 17.304 Kontainer Lancar

Whats New
Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Dukung Ekonomi Hijau, Karyawan Blibli Tiket Kumpulkan 391,96 Kg Limbah Fesyen

Whats New
Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Relaksasi Aturan Impor, Sri Mulyani: 13 Kontainer Barang Bisa Keluar Pelabuhan Tanjung Priok Hari Ini

Whats New
Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Produsen Refraktori BATR Bakal IPO, Bagaimana Prospek Bisnisnya?

Whats New
IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

IHSG Menguat 3,22 Persen Selama Sepekan, Ini 10 Saham Naik Paling Tinggi

Whats New
Mengintip 'Virtual Assistant,' Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Mengintip "Virtual Assistant," Pekerjaan yang Bisa Dilakukan dari Rumah

Work Smart
Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Tingkatkan Kinerja, Krakatau Steel Lakukan Akselerasi Transformasi

Whats New
Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Stafsus Sri Mulyani Beberkan Kelanjutan Nasib Tas Enzy Storia

Whats New
Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Soroti Harga Tiket Pesawat Mahal, Bappenas Minta Tinjau Ulang

Whats New
Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Tidak Kunjung Dicairkan, BLT Rp 600.000 Batal Diberikan?

Whats New
Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Lowongan Kerja Pamapersada untuk Lulusan S1, Simak Persyaratannya

Work Smart
Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan 'Smart City' di Indonesia

Menakar Peluang Teknologi Taiwan Dorong Penerapan "Smart City" di Indonesia

Whats New
Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 18 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com