Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Obligasi dan Saham Tahun 2020 Masih Cerah

Kompas.com - 05/12/2019, 11:08 WIB
Ade Miranti Karunia,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Presiden Direktur PT Batavia Prosperindo Aset Manajemen (BPAM), Lilis Setiadi memproyeksikan obligasi memiliki prospek yang "cerah" pada 2020. Ia menyarankan, agar memilih investasi dalam bentuk obligasi dan saham.

Untuk obligasi, pemilihan dari bunga tetap (FR) maupun variable (VR), keduanya sama-sama memberikan imbal hasil yang menguntungkan. Meski di tengah kondisi ketidakpastian global yang berdampak terhadap perekonomian seluruh negara, termasuk Indonesia.

"Obligasi, buat bapak dan ibu yang banyak berinvestasi di obligasi bahkan nggak usah kredit, di awal tahun ini sekarang posisinya sedang untung," ujarnya dalam acara Asian Insights Seminar 2019, di Jakarta, Rabu (4/12/2019) malam.

Keuntungannya obligasi pada bunga tetap, lanjut Lilis, mencapai 13 tahun dengan masa tenor 10 tahun. Sementara, bunga variable keuntungan imbal hasilnya lumayan besar berkisar 17 persen.

Baca juga : Ekonomi Global Tertekan, Investor Incar Obligasi Pemerintah hingga Emas

Lantaran suku bunga acuan Bank Indonesia 7 Day Reverse Repo Rate (7DRRR) turun sebesar 5 persen, justru harga obligasi akan tinggi. Hal ini memicu para investor akan melirik instrumen obligasi.

"Pertama, fundamental. Apabila suku bunga turun, harga obligasi naik. Kedua, karena arah suku bunga diturunkan sehingga harga obligasi naik, berbondong-bondong investor lokal maupun asing masuk pasar obligasi. Ini yang saya bilang faktor teknikal. Lebih banyak orang mau beli daripada barang tersedia. Supplynya terbatas, demandnya naik, otomatis harga naik," katanya.

Lantas, bagaimana peluang harga obligasi tahun depan secara fundamental serta peluang suku bunga Bank Central Amerika Serikat (AS) alias The Fed?

"Iya (ada peluang). Cuma yang diturunkan tidak banyak lagi, seperempat sampai setengah persen dibandingkan tahun ini satu seperempat persen. Artinya, fundamental masih jadi alasan untuk harga obligasi naik di tahun 2020," ujarnya.

Proyeksi Instrumen Saham

Bagaimana dengan pasar saham? Menurutnya, pasar saham tahun ini akan tergerus growth dari perusahaan-perusahaan di Bursa Efek sekitar lima persen.

"Tahun depan, kita lihat ada perbaikan. Kami melihat indeks kita akan tutup pasar tahun ini sekitar 6.300 sampai 6.500," prediksinya.

Tahun 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan bergerak pada level sekitar 6.800-7.100. Proyeksi ini akan berimbas terhadap rasio harga saham terhadap laba per saham (price to earning ratio/PER) yang akan semakin murah bila diperjualbelikan.

"Untungnya, kita evaluasi harga-harga saham kita itu tidak mahal. Jadi, kita sekarang ada di 14,3-14,5 kali, sementara tahun depan (PER) ada di 12,2 kali. Jadi, nilai nominal harga sahamnya tidak mahal. Jadi, saya rasa tahun depan lebih opportunity untuk saham dibandingkan tahun ini," jelas Lilis.

Sementara, untuk Deposito tahun ini kecenderungannya akan flat, bahkan akan dipangkas lagi. Tetapi apakah harus mencairkan deposito?

"Tentu tidak. Pakailah instrumen ini jika dibutuhkan sewaktu-waktu sebagai dana praktis. Misalnya, sudah siap berinvestasi instrumen tapi lagi nunggu momen tepat, bisa pakai reksa dana pasar uang walaupun deposito sebagai kendaraannya," sarannya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Saham BBRI 'Nyungsep' 5 Persen, Investor 'Buy' atau 'Hold'?

Harga Saham BBRI "Nyungsep" 5 Persen, Investor "Buy" atau "Hold"?

Whats New
Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Cara Hapus Daftar Transfer di BCA Mobile

Work Smart
Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Perkuat Stabilitas Rupiah di Tengah Ketegangan Dunia

Whats New
Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Bantu Industri Hadapi Risiko Geopolitik, PGN Bakal Bangun Hub Optimalkan LNG Lintas Negara

Whats New
Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Mendag Musnahkan 27.078 Ton Produk Baja Ilegal Milik PT Hwa Hook Steel

Whats New
Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Survei BI: Penyaluran Kredit Baru Perbankan Tumbuh pada Kuartal I-2024

Whats New
Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Bangun Ekosistem Hunian Terintegrasi Internet, Perumnas Gandeng Telkomsel

Whats New
Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Kalog Express Layani Pengiriman 3.186 Ton Barang Selama Lebaran 2024

Whats New
Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Bank Sentral Jepang Pertahankan Suku Bunga

Whats New
Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Temukan Jaringan Narkotika di Tangerang, Bea Cukai dan BNNP Banten Musnahkan 21 Kg Sabu

Whats New
Dorong UMKM 'Go Global', Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Dorong UMKM "Go Global", Pertamina Kembali Gelar UMK Academy 2024

Whats New
Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Mata Uang Polandia Bukan Euro meski Gabung Uni Eropa, Apa Alasannya?

Whats New
Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Bersinergi Bersama, Bea Cukai dan BNN Usut Tuntas 4 Kasus Peredaran Sabu dan Ganja di Jateng

Whats New
Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com