Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IMF Kembali Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia

Kompas.com - 21/01/2020, 10:38 WIB
Mutia Fauzia,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

WASHINGTON, KOMPAS.com - Dana Moneter Internasional (IMF) dalam laporan proyeksi perekonomian terbarunya menyatakan, pertumbuhan ekonomi di negara-negara yang masuk dalam ASEAN 5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam) akan cenderung terjaga tahun ini, setelah melambat di kisaran 4,7 persen tahun 2019 lalu.

IMF pun sempat menurunkan angka proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk Indonesia dan Thailand lantaran kinerja ekspor yang diproyeksi juga berpengaruh terhadap permintaan domestik.

Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi global tahun ini diproyeksi sebesar 3,3 persen. Sementara untuk tahun 2019 dan 2021 masing-masing sebesar 2,9 persen dan 3,4 persen.

Baca juga: Meski Iran-AS Mereda, Ekonomi Global Masih Diselimuti Ketidakpastian

Jika dibandingkan dengan proyeksi yang dilakukan IMF pada Oktober lalu, angka proyeksi tersebut lebih rendah 0,1 persen untuk tahun 2020 dan 0,2 persen lebih rendah untuk tahun 2021.

"Perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih moderat untuk India menyumbang sebagian besar terhadap revisi ke bawah pertumbuhan ekonomi," jelas ekonom IMF Gita Gopinath seperti dikutip dari keterangan resminya, Selasa (21/1/2020).

Lebih lanjut dirinya menjelaskan, pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang kawasan Asia akan meningkat tipis dari 5,6 persen di 2020 menjadi 5,8 persen di 2020 damn 5,9 persen di 2021.

Baca juga: Hanya Tumbuh 6,1 Persen, Ekonomi China 2019 Terendah dalam 29 Tahun

Meski masing-masing proyeksi tersebut lebih rendah dari prediksi Oktober 2019 lalu di mana tahun 2019 diperkirakan akan tumbuh 5,8 persen dan 6,1 persen untuk 2020.

Secara lebih rinci, perekonomian India diperkirakan akan tumbuh 4,8 persen tahun 2019 dan akan membaik tahun 2020 menjadi 5,8 persen di 2020 dan 6,5 persen di 2021. Gita menjelaskan, proyeksi tersebut lebih rendah masing-masing 1,2 persen dan 0,9 persen dari tahhun lalu.

"Penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan Asia sebagian besar mencerminkan revisi ke bawah untuk proyeksi India, di mana permintaan domestik telah melambat lebih tajam dari yang diharapkan di tengah tekanan di sektor keuangan non-bank dan penurunan pertumbuhan kredit," jelas Gita.

Sementara itu, perekonomian China diperkirakan akan tumbuh melambat dari 6,1 persen menjadi 6 persen di 2020 dan 5,8 persen di 2021.

Perlambatan terjadi akibat dampak dari tarif serta waktu jeda kenaikan tarif tambahan. Namun demikian, kesepakatan perdagangan tahap satu dengan Amerika Serilkat kemungkinan akan mengurangi perlemahan dalam jangka pendek. Sebab, proyeksi pertumbuhan ekonomi China di 2020 meningkat 0,2 persen jika dibandingkan dengan prediksi tahun sebelumnya.

"Namun, perselisihan yang belum terselesaikan pada hubungan ekonomi AS-Cina yang lebih luas serta penguatan regulasi keuangan domestik yang diperlukan diperkirakan akan terus membebani aktivitas perekonomian di Beijing," jelas Gita.

Baca juga: Ekonomi Global Diproyeksikan Lebih Stabil pada 2020, Ini Alasannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bank Dunia: Indonesia Punya Banyak Perusahaan Kecil tetapi Kurang Produktif...

Bank Dunia: Indonesia Punya Banyak Perusahaan Kecil tetapi Kurang Produktif...

Whats New
Citi Indonesia Tunjuk Sujanto Su jadi Chief Financial Officer

Citi Indonesia Tunjuk Sujanto Su jadi Chief Financial Officer

Whats New
BEI Bakal Berlakukan 'Short Selling' pada Oktober 2024

BEI Bakal Berlakukan "Short Selling" pada Oktober 2024

Whats New
Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Rekrut CPNS, Kemenko Perekonomian Minta Tambahan Anggaran Rp 155,7 Miliar

Whats New
Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Usai Direktur IT, Kini Direktur Bisnis UKM Mundur, KB Bank Buka Suara

Whats New
Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Tingkatkan Literasi Keuangan Syariah, OJK Gelar Sharia Financial Olympiad

Whats New
Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Tiga Pesan Bank Dunia untuk RI, dari Makroekonomi hingga Reformasi Swasta

Whats New
Kisah Anita Dona, 'Nekat' Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Kisah Anita Dona, "Nekat" Dirikan Dolas Songket Bermodal Rp 10 Juta, Kini Jadi Destinasi Wisata Sawahlunto

Smartpreneur
Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Perekonomian Indonesia Disebut Terjaga dengan Baik dan Bisa Hadapi Risiko Ketidakpastian Global

Whats New
IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

IHSG Naik Tipis, Rupiah Ngegas ke Level Rp 16.394

Whats New
BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

BSI dan MES Tawarkan Deposito Wakaf untuk Jaminan Sosial Pekerja Informal

Rilis
Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Industri Pengguna Gas Bumi Usul Program HGBT Dihapuskan

Whats New
Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Tumbuhkan Minat Kewirausahaan PMI, Bank Mandiri Gelar Mandiri Sahabatku dan Kenalkan Fitur Livin’ di Seoul

Whats New
Tiket Konser Bruno Mars Bisa Dibeli 27-28 Juni 2024 Lewat Livin by Mandiri

Tiket Konser Bruno Mars Bisa Dibeli 27-28 Juni 2024 Lewat Livin by Mandiri

Spend Smart
Tesla PHK 14 Persen Karyawan Sepanjang 2024

Tesla PHK 14 Persen Karyawan Sepanjang 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com