Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Demi Kesuburan Lahan, DPR hingga HKTI Sepakat Perluas Penggunaan Pupuk Organik

Kompas.com - 21/03/2022, 19:54 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sejumlah anggota dewan, himpunan pupuk organik hingga petani Indonesia mengungkapkan dukungannya terhadap upaya pemerintah dalam penggunaan pupuk organik guna mengembalikan kesuburan tanah. Hal ini mereka sampaikan dalam rapat dengar pendapat bersama, Senin (21/3/2022).

Adapun dukungan pertama dari Wakil Ketua Komisi IV Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) Dedi Mulyadi. Ia mengatakan, penggunaan pupuk organik adalah sebuah keharusan apabila pertanian di Indonesia ingin go internasional.

“Kenapa? karena kalau cuma mengandalkan yang saat ini berat. Orang sunda itu dari dulu punya istilah banyak pare, kunci leuit duit loba (kuncinya banyak uang). Dipipir ada si jabrik, di kolong ada si jambrong, dan di tukang ada kambing. Semuanya berkaitan dengan pupuk organik," ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Senin (21/3/2022).

Senada dengan Dedi Mulyadi, Anggota Komisi IV dari Fraksi Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Endang Setyawati Thohari mendukung penuh penggunaan pupuk organik sebagai alternatif.

Baca juga: Lewat Program UPPO di Serang, SYL Ingin Petani Hasilkan Pupuk Organik secara Mandiri

Penggunaan pupuk organik, sebut dia, sekaligus sebagai solusi jangka panjang dalam mengembalikan kesuburan lahan.

"Karena itu, ke depan saya ingin ada grand strategi untuk kepentingan petani. Jadi siapapun menteri dan pejabatnya, penggunaan pupuk organik ini tetap jalan," imbuh Endang.

Sebagai pendukung ketiga, Ketua Himpunan Mitra Produksi Organik (HMPO), Muhammad Parto mengatakan bahwa keberadaan pupuk organik sudah seharusnya mendapat perhatian serius dari pemerintah. Salah satunya dengan menganggarkan alokasi subsidi.

Sebab, kata dia, berdasarkan pengalaman HMPO, kotoran hewan dari ujung Madura sampai pulau terluar lainnya secara rutin diangkut dan dibersihkan petroganik.

Baca juga: Jangan Salah, Ini Perbedaan Pupuk Kandang dan Kotoran Hewan

"Selama ini, kami adalah pejuang lingkungan hidup. Mengapa demikian, karena semua kotoran ayam dari ujung pulau Madura sampai ke timur itu kami yang menghabiskan. Dengan begitu, polusi bau yang dikeluhkan masyarakat bisa kami atasi,” ucap Parto.

Oleh karenanya, ia berharap, pemerintah dapat mendukung dan merangsang petani untuk cinta terhadap pupuk organik.

Adapun pendukung lainnya adalah Ketua KTNA Jawa Barat (Jabar) Otong Wiranta. Ia mengatakan, pihaknya akan memastikan bahwa semua anggota KTNA di seluruh daerah mendukung penuh kebijakan pemerintah dalam memaksimalkan pemakaian pupuk organik.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal (Sekjen) HKTI Sadar Subagyo menyebut, cakupan penggunaan pupuk organik harus diperluas secara merata di seluruh daerah.

Baca juga: Cara Memanfaatkan Limbah Dapur untuk Pupuk Organik Cair Tanaman

Sebelumnya dalam beberapa kesempatan lalu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengaku, pihaknya ingin petani bisa menghasilkan pupuk organik secara mandiri.

Pupuk organik yang dihasilkan, kata dia, diharapkan memiliki kualitas lebih baik dari pupuk organik lainnya. Salah satu caranya dengan memanfaatkan jerami hasil panen raya.

"Hasil pertanian nonpestisida itu kualitasnya lebih baik dan pasarnya cukup besar. Ke depan, penggunaan pupuk organik makin menguntungkan petani jika bisa memproduksinya sendiri. Misalnya dengan kotoran hewan atau jerami padi," imbuh SYL.

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Astra Honda Motor Buka Lowongan Kerja untuk D3-S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Jadwal Lengkap Perjalanan Ibadah Haji 2024

Whats New
Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Kasus SPK Fiktif Rugikan Rp 80 Miliar, Kemenperin Oknum Pegawai yang Terlibat

Whats New
Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Laba Bersih Avrist Assurance Tumbuh 18,3 Persen pada 2023

Whats New
Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Mendag Zulhas Usul HET Minyakita Naik Jadi Rp 15.000 Per Liter

Whats New
Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Marak Modus Penipuan Undangan Lowker, KAI Imbau Masyarakat Lebih Teliti

Whats New
Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Vira Widiyasari Jadi Country Manager Visa Indonesia

Rilis
Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Ada Bansos dan Pemilu, Konsumsi Pemerintah Tumbuh Pesat ke Level Tertinggi Sejak 2006

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com