Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Nilai Subsidi Langsung Jadi Jalan Keluar Masalah Distribusi BBM

Kompas.com - 01/05/2022, 11:02 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Permasalahan distribusi bahan bakar minyak (BBM) terus terjadi setiap tahun. Pada momentum mudik Lebaran 2022 pun, konsumsi BBM naik seiring besarnya animo masyarakat untuk pulang ke kampung halamannya. 

Direktur Eksekutif Indonesian Resources Studies (IRESS) Marwan Batubara menilai, kebijakan subsidi langsung dalam penyaluran BBM merupakan solusi utama untuk menyelesaikan sengkarut penyaluran BBM yang sudah terjadi bertahun-tahun.

Dia mengatakan, penyaluran BBM bersubsidi dengan pola saat ini malah menimbulkan masalah. Pada akhirnya, pemerintah kemudian menambah kuota solar yang subsidi dari 15 juta kiloliter (KL) menjadi 17 juta KL. Lantas, Pertalite yang menjadi BBM penugasan ditingkatkan kuotanya dari 23 juta KL menjadi 28 juta KL.

“Kebijakan pemerintah saat ini yang memberikan subsidi kepada produk BBM dapat dipahami tapi cara tersebut justru menyulitkan pemerintah sendiri,” ujar Marwan, melalui keterangannya, Sabtu (30/4/2022).

Baca juga: Kendaraan Listrik Diklaim Lebih Hemat dan Ramah Lingkungan, Ini Hitung-hitungan PLN

Harga keekonomian BBM

Dia menyarankan, pemerintah menerapkan harga dengan prinsip keekonomian yang jelas setelah mempertimbangkan berbagai komponen pembentuk harga. Antara lain, harga bahan mentah, ada harga crude yang diimpor, ditambah biaya pengilangan, biaya penyimpanan. Belum lagi ada biaya distribusi, margin, dan pajak.

"Itu menjadi harga keekonomian. Jadi merujuk kemana-mana," katanya.

Harga keekonomian bisa dilihat dengan harga-harga BBM yang dipasarkan oleh badan usaha lain selain Pertamina. Seperti bisa dilihat, saat ini harga jual produk BBM Pertamina seluruhnya berada di bawah pesaing, termasuk BBM jenis solar yang disubsidi.

Harga solar subsidi mencapai Rp5.150 per liter sedangkan harga solar subsidi (Dexlite) Rp12.950 per liter, dan harga Pertamina Dex Rp13.700 per liter.

Baca juga: Lebih Hemat Pakai Motor Listrik atau Motor BBM? Ini Hitungan Pemerintah

Subsidi tidak tepat bikin negara merugi

Marwan mengakui, masyarakat Indonesia memang masih membutuhkan subsidi BBM. Namun mekanisme seperti sekarang justru merugikan negara karena subsidi tidak tepat sasaran sehingga menyebabkan nilai subsidi terus membengkak.

Ketika sudah diberlakukan subsidi langsung, lanjut Marwan, tidak ada lagi pembedaan harga pada BBM yang dijual atau di pasar itu tidak adalagi harga subsidi jadi misalnya solar satu harga kalau jenisnya sama. Sama juga seperti gasoline.

"Negara harus mensubsidi orang yang memang layak mendapat sehingga nanti anggaran APBN untuk mensubsidi orang itu akan lebih rendah ketimbang mensubsidi barang yang di subsidi. Kalau barangnya yang disubsidi bisa 2-3 kali lipat," jelas Marwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Great Eastern Life Indonesia Tunjuk Nina Ong Sebagai Presdir Baru

Whats New
Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Dukung Kemajuan Faskes, Hutama Karya Percepat Pembangunan RSUP Dr Sardjito dan RSUP Prof Ngoerah

Whats New
Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Bantuan Pangan Tahap 2, Bulog Mulai Salurkan Beras 10 Kg ke 269.000 KPM

Whats New
Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Menperin: PMI Manufaktur Indonesia Tetap Ekspansif Selama 32 Bulan Berturut-turut

Whats New
Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Imbas Erupsi Gunung Ruang: Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup, 6 Bandara Sudah Beroperasi Normal

Whats New
Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Jumlah Penumpang LRT Jabodebek Terus Meningkat Sepanjang 2024

Whats New
Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Hingga Maret 2024, BCA Syariah Salurkan Pembiayaan ke UMKM Sebesar Rp 1,9 Triliun

Whats New
Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Antisipasi El Nino, Mentan Amran Dorong Produksi Padi NTB Lewat Pompanisasi

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru pada Jumat 3 Mei 2024

Spend Smart
Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Keberatan Penetapan Besaran Bea Masuk Barang Impor, Begini Cara Ajukan Keberatan ke Bea Cukai

Whats New
Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Ada Penyesuaian, Harga Tiket Kereta Go Show Naik per 1 Mei

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BNI hingga Bank Mandiri

Whats New
Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Melirik Potensi Bisnis Refraktori di Tengah Banjir Material Impor

Whats New
IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

IHSG Bergerak Tipis di Awal Sesi, Rupiah Bangkit

Whats New
Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 3 Mei 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com