Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kuota BBM Subsidi Menipis, Penyalurannya Wajib Tepat Sasaran

Kompas.com - 02/08/2022, 17:40 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Kuota BBM subsidi akan habis pada akhir tahun ini. Konsumsi BBM jenis Pertalite tahun ini diproyeksikan bakal mencapai 28 juta Kiloliter. Sementara kuota yang sudah ditetapkan pemerintah pada tahun ini hanya 23,05 juta Kiloliter, sehingga diprediksi hanya bertahan sampai September 2022.

Josua Pardede, Kepala Ekonom Bank Permata, menilai kuota Pertalite yang akan habis berpotensi mengakibatkan kelangkaan Pertalite ke depan. Pemerintah harus segera mengambil sikap agar tidak lagi terjadi kegaduhan.

Dalam mengontrol konsumsi BBM, sistem kuota cenderung tidak efektif karena mengakibatkan kelangkaan pada berbagai tempat serta punya potensi kebocoran yang besar.

Baca juga: Protes Kelangkaan Pertalite, Sopir Angkot Geruduk Kantor DPRD Ambon

“Upaya Pertamina untuk menggunakan aplikasi digital jadi jalan untuk menseleksi siapa-siapa saja yang berhak menerima BBM subsidi. Tinggal impelementasi penggunaan aplikasi tersebut yang kini harus bisa disiapkan dan dieksekusi dengan baik,” kata Josua di Jakarta, Selasa (2/8/2022), melalui keterangannya. 

Josua menilai percepatan penerapan aplikasi MyPertamina bagi masyarakat dapat mengatasi hal ini, karena aplikasi dapat secara tepat mengatur jumlah konsumsi bagi masing-masing konsumen. Sementara pada sistem kuota, masyarakat mampu dapat membeli Pertalite lebih banyak karena memiliki daya beli yang lebih besar.

Baca juga: Konsumsi Pertalite dan Solar Meningkat, Kuota BBM Subsidi Menipis

Penyebab naiknya konsumsi Pertalite

Komaidi Notonegoro, Direktur Eksekutif Reforminer Institute, menyatakan peningkatan konsumsi Pertalite tahun ini terjadi seiring dengan hilangnya BBM jenis Premium dari pasaran.

Berdasarkan kalkulasi yang dilakukan Reforminer Institute, kebutuhan normal Premium adalah kisaran 28-30 juta Kiloliter (KL). Hal tersebut karena sebelum adanya program penghapusan Premium konsumsi Pertalite sudah 22 juta KL. Sementara konsumsi Premium Stataus terakhir sekitar 6-8 juta KL.

"Jadi wajar kalo 23 juta Kl maksimal hanya sampai Agustus atau September 2022 karena itu menjadi penting agar ada pengaturan tepat sasaran," kata Komaidi.

Baca juga: Kuota BBM di SPBU Bakal Dikurangi, Luhut: Agar Warga Perlahan Beralih ke Kendaraan Listrik

Komaidi menilai, rencana untuk melakukan mengandalkan pembatasan pembeli Pertalite maupun Solar melalui revisi Perpres dengan menggunakan aplikasi digital tetap akan sulit menahan jebolnya volume BBM subsidi tahun ini jika mekanisme penyaluran subsidi tetap ke barang.

"Tentu kalau efektif 100 persen sulit dilakukan (pengaturan pembatasan BBM Subsidi). Namun ini upaya yg bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak saja sifatnya. Memang idealnya subsidinya langsung bukan ke barang.Sepanjang masih ke barang kebocoran akan tetap ada," ungkap Komaidi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com