Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BNI Targetkan Pertumbuhan Kredit 10 Persen, Ditopang Segmen Korporasi

Kompas.com - 08/09/2022, 06:00 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menargetkan pertumbuhan kredit di kisaran 7-10 persen, dengan segmen korporasi menjadi salah satu penopangnya.

Hal ini lantaran segmen korporasi dinilai semakin adaptif dan terus semakin kuat menjadi katalis pemulihan ekonomi. Terlebih BNI tengah menargetkan nasabah unggulan di masing-masing sektor.

Direktur Corporate and International Banking BNI Silvano Rumantir mengatakan, fokus BNI untuk ekspansi kepada nasabah blue chip dilakukan sejalan dengan kebijakan strategis yang sudah ditetapkan dalam Rencana Bisnis Bank (RBB) dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent.

Pertumbuhan bisnis segmen korporasi memberikan multiplier effect yang besar terhadap ekonomi dan dalam jangka panjang serta dapat menghasilkan portofolio bisnis yang berkelanjutan bagi perseroan.

Baca juga: Erick Thohir ke Amsterdam, Minta BNI Gali Potensi Bisnis Diaspora

Pada semester I 2022 ini, BNI berhasil mencatatkan outstanding kredit korporasi sebesar Rp 311,2 triliun, naik 8,28 persen secara tahunan terutama didorong oleh pertumbuhan di segmen korporasi blue chip.

Momentum penyaluran kredit korporasi BNI dalam beberapa kuartal terakhir semakin membaik dimana penyaluran kredit selama Kuartal II 2022 merupakan yang tertinggi pasca pandemi.

"Kami rasa momentum ini masih akan berlanjut di semester kedua tahun ini. Kami melihat masih banyak peluang yang bisa kami garap di segmen korporasi. Pertumbuhan domestic consumption yang relatif kuat akan mendorong perusahaan di berbagai sektor untuk melakukan ekspansi bisnis," ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (7/9/2022).

Baca juga: BNI Rombak Direksi dan Komisaris, Ini Daftar Lengkapnya

Dia menjelaskan, hal ini tercermin dari indicator Purchasing Managers Index (PMI) yang senantiasa di atas angka 50, artinya secara umum perusahaan dalam fase ekspansi.

Terkait tactical portfolio allocation, kami melihat sektor FMCG, telekomunikasi dan kesehatan sebagai sektor yang defensif dari sisi risiko, namun memiliki potensi pertumbuhan yang besar.

"Tentunya kami juga perlu waspada terhadap perkembangan ekonomi global yang mulai berimbas ke Indonesia, terutama dari sisi volatilitas nilai tukar dan imported inflation yang mulai terlihat di produk BBM," ucapnya.

Baca juga: Jumlah Pengguna Naik, Volume Transaksi BNI Direct Terkerek Jadi Rp 2.587 Triliun

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com