Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekhawatiran Resesi Picu Harga Minyak Dunia Turun 1 Persen

Kompas.com - 10/03/2023, 07:20 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

NEW YORK, KOMPAS.com – Harga minyak mentah dunia mengalami penurunan pada perdagangan Kamis (9/3/2023) waktu setempat atau Jumat pagi waktu Indonesia. Pergerakan harga minyak dibayangi oleh kekhawatiran investor akan resesi.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent turun 1,07 dollar AS atau 1,3 persen, menjadi 81,59 dollar AS per barrel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 94 sen atau 1,2 persen menjadi 75,72 dollar AS per barrel.

Penurunan harga minyak dunia sekitar 1 persen disebabkan oleh meningkatnya kekhawatiran bahwa Federal Reserve AS mungkin akan melakukan kenaikan suku bunga lebih lanjut untuk mengendalikan inflasi. Hal ini dinilai dapat menyebabkan resesi dan mengurangi permintaan minyak di masa depan.

Baca juga: Dibayangi Kekhawatiran Kenaikan Suku Bunga, Harga Minyak Dunia Melemah

Di sisi lain, bank sentral AS menggunakan suku bunga yang lebih tinggi untuk mengurangi inflasi. Tetapi suku bunga yang lebih tinggi itu meningkatkan biaya pinjaman konsumen, yang dapat memperlambat perekonomian.

"The Fed terus datang untuk inflasi, dan itu diterjemahkan ke dalam kekhawatiran atas permintaan minyak yang lebih rendah karena kemungkinan resesi," kata John Kilduff, mitra penasihat investasi Again Capital LLC di New York.

Hal tersebut juga membuat kedua tolok ukur dari harga minyak dunia mengalami penurunan dalam tiga hari berturut-turut. Dimana, WTI turun sekitar 6 persen, dan Brent turun sekitar 5 persen selama waktu itu.

Baca juga: Harga Emas Dunia Naik karena Dollar AS Jatuh Usai The Fed Naikkan Suku Bunga

Adapun jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat paling banyak dalam lima bulan. Namun, tren yang mendasarinya tetap konsisten dengan pasar tenaga kerja yang ketat.

"Pertumbuhan yang melambat terus membebani harga minyak mentah," kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Sikap hawkish oleh The Fed mendorong investor untuk mencari tahu bagaimana pergerakan suku bunga yang lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, dapat membebani saham di AS.

Bahkan para pengamat pasar modal mengatakan kombinasi dari imbal hasil obligasi yang lebih tinggi dan inflasi yang kaku menjadi pertanda buruk bagi pengembalian ekuitas.

Sementara Kilduff mencatat bahwa lelang obligasi AS pada Kamis sore merupakan sentimen yang menakut-nakuti pasar dan merupakan katalis untuk dalam bentuk sentimen risiko untuk pergerakan minyak dan penurunan pasar saham.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com