Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kendalikan Inflasi Pangan, Gubernur BI: Yang Punya Barang Ojo Disimpen

Kompas.com - 05/04/2023, 12:16 WIB
Rully R. Ramli,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Tingkat inflasi nasional secara tahunan tengah berada dalam tren penurunan. Meskipun demikian, pemerintah terus mendorong pengendalian inflasi, khususnya berkaitan dengan komoditas pangan.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, terdapat sejumlah alasan mengapa tingkat inflasi pangan nasional perlu terus dipantau. Pertama, untuk mengantisipasi tingkat inflasi global yang masih tinggi, walaupun juga sudah berada dalam tren penurunan.

"Inflasi di global masih tinggi, memang masih sudah turun dari 10 tahun lalu, tapi tahun ini masih sekitar 5-6 persen, harga-harga di global masih tinggi," kata dia, dalam gelaran Kick Off Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan Jawa 2023, Rabu (5/4/2023).

Baca juga: Rokok, Tiket Pesawat, dan Bensin Jadi Pemicu Inflasi Maret 2023

Kemudian, adanya siklus musiman yang berpotensi besar mengerek tingkat inflasi. Salah satu siklus musiman yang akan dihadapi dalam waktu dekat ialah periode Lebaran 2023.

"Ini akan menghadapi Lebaran, yang punya barang ojo disimpen, rakyat membutuhkan, beras, minyak, telur, ayam, apa pun," ujar Perry.

Selain itu, pemerintah bersama bank sentral juga mewaspadai adanya ancaman cuaca buruk. Fenomena itu berpotensi mengganggu rantai pasok pangan, yang pada akhirnya berdampak ke tingkat inflasi.

Oleh karenanya, BI bersama pemerintah kembali menggelar Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan atau GNPIP. Lewat gerakan tersebut, dilaksanakan sejumlah inisiatif untuk menjaga harga komoditas pangan.

Baca juga: Inflasi Maret 2023 Capai 4,97 Persen, Ini Faktor Pendorongnya

 


Adapun inisiatif-inisiatif yang dilakukan di antaranya ialah, pasar murah, pangan mandiri, replikasi best practices, hilirisasi pangan, kerja sama antar daerah, distribusi pangan, digitalisasi data, hingga diversifikasi dan olahan pangan.

Sebagai informasi, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi nasional secara tahunan berada pada level 4,97 persen pada Maret 2023. Realisasi ini lebih rendah dibanding bulan sebelumnya sebesar 5,47 persen.

Jika dilihat berdasarkan kelompok pengeluaran, komoditas makanan, minuman, dan tembakau masih menjadi salah satu penyumbang inflasi terbesar, dengan andil sebesar 1,57 persen. Kelompok tersebut hanya kalah dengan komoditas kelompok transportasi dengan andil 1,64 persen.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Resmikan The Gade Tower, Wamen BUMN: Jadi Simbol Modernisasi Pegadaian

Whats New
Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Kemenperin Kasih Bocoran soal Aturan Impor Ban

Whats New
Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Pengusaha Ritel: Pembatasan Pembelian Gula Bukan karena Stok Kosong

Whats New
Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Luhut Minta Penyelesaian Lahan di IKN Tak Rugikan Masyarakat

Whats New
Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Prudential Indonesia Rilis Produk Asuransi Kesehatan PRUWell, Simak Manfaatnya

Whats New
Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Kunjungi IKN, Luhut Optimistis Pembangunan Capai 80 Persen pada Agustus 2024

Whats New
Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Wamendes PDTT: Urgensi Transmigrasi dan Dukungan Anggaran Perlu Ditingkatkan

Whats New
IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

IDSurvey Tunjuk Suko Basuki sebagai Komisaris Independen

Whats New
Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Tingginya Inflasi Medis Tidak Hanya Terjadi di Indonesia

Whats New
Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Tutup Pabrik, Bata Akui Kesulitan Hadapi Perubahan Perilaku Belanja Konsumen

Whats New
Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Kecelakaan KA Pandalungan dan Mobil Sebabkan Perjalanan KA Terlambat, Penumpang Dapat Kompensasi

Whats New
Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Hari Apresiasi Seller Tokopedia, GNET Raih Posisi Pertama di Kategori Pertukangan

Rilis
Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Waskita Karya Bakal Jadi Anak Usaha Hutama Karya pada September 2024

Whats New
Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Menko Airlangga: Pertumbuhan Ekonomi RI Kuartal I-2024 Tertinggi sejak 2015

Whats New
IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

IHSG dan Rupiah Ditutup Melemah

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com