Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

CFA Society Akan Gelar Seminar Transisi Energi Guna Dorong Investasi ESG di Tanah Air

Kompas.com - 03/07/2023, 19:47 WIB
Erlangga Satya Darmawan,
A P Sari

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Chartered Financial Analyst (CFA) Society Indonesia akan mengadakan seminar 20th Anniversary Conference dengan “Indonesia’s Transition towards Net Zero” secara online pada Kamis (6/7/2023).

President of CFA Society Indonesia sekaligus Wakil Menteri (Wamen) Badan Usaha Milik Negara (BUMN) I Pahala Nugraha Mansury mengatakan, pemilihan tema tersebut dilatari oleh kondisi di Indonesia yang tengah berada dalam masa transisi menuju target pengurangan emisi greenhouse gas (GHG) atau gas rumah kaca (GRK).

Seperti diketahui, saat ini, pemerintah Indonesia memiliki komitmen untuk bisa mengurangi jumlah emisi GRK sebesar 29 persen dengan upaya sendiri dan 41 persen apabila mendapat dukungan internasional.

Adapun topik pembahasan pada konferensi tersebut akan fokus pada masalah investasi berbasis environment, social, and governance (ESG).

Baca juga: Anak Usaha PLN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S1, Simak Persyaratannya

Pahala mengatakan, target seminar tersebut adalah menyosialisasikan distribusi emiten atau pendanaan terkait disclosure ESG. Sebab, PLN ingin mendorong agar perusahaan-perusahaan bisa berkomitmen menurunkan emisi GRK.

“CFA Society Indonesia sendiri memiliki peran advokasi dalam memberi masukan untuk mendorong penerapan kebijakan agar sesuai yang diharapkan,” ujar Pahala dalam konferensi pers yang diadakan di Plataran Hutan Kota Gelora Bung Karno (GBK), Senin (3/7/2023).

Pahala menambahkan, Indonesia membutuhkan banyak investasi berbasis ESG, khususnya pada sektor energi baru terbarukan (EBT) dari pihak swasta agar dapat menghadapi tantangan pada masa depan.

Pasalnya, kebutuhan terhadap penggunaan EBT di Tanah Air diprediksikan akan meningkat sekitar dua kali lipat pada 2030.

Hal tersebut tak lepas dari upaya pemerintah untuk mulai menggalakkan penggunaan EBT agar dapat meminimalisasi munculnya emisi.

Baca juga: [POPULER NUSANTARA] Gempa Bantul M 6,0 | Pengurus Mushala di Deli Serdang Didenda Rp 24 Juta oleh PLN

“Kita (Indonesia) kan setiap tahun diharapkan memiliki total pertumbuhan ekonomi 5,5 hingga 7 persen. Biasanya pertumbuhan itu bisa memacu peningkatan energi sekitar 8 sampai 10 persen. Lewat upaya ini, emisi yang ada dalam 10 tahun sejak 2020 hingga 2030 itu diharapkan bisa berkurang hingga 32 persen,” kata Pahala.

Meski sulit, Pahala tetap optimistis Indonesia mampu mencapai target tersebut. Sebab, Indonesia dikatakannya memiliki banyak modal untuk mendorong terjadinya penurunan emisi.

Salah satu modal tersebut adalah Indonesia memiliki kapasitas untuk mengembangkan energi panas bumi atau geothermal di atas 22 gigawatt (GW).

Besarnya kapasitas tersebut tak lepas dari letak geografis Indonesia yang berada di kawasan ring of fire. Berkat itu, Indonesia pun mampu menyimpan 40 persen cadangan panas bumi dunia.

“Ada juga potensi pengembangan dari sektor lain, mulai dari panel surya, energi hidro, hingga biomassa. Semua energi ini potensinya sangat besar. Jadi, saya yakin Indonesia bisa mencapai target yang telah diusung,” jelasnya.

Baca juga: PLN Indonesia Power Optimalkan Pembangkit, Jaga Pasokan Listrik Selama Libur Panjang

Terdiri dari 3 panel diskusi

Pada kegiatan CFA Society Indonesia 20th Anniversary Conference Indonesia’s Transition towards Net Zero, Pahala menyebutkan jika acara ini akan terdiri dari tiga panel diskusi.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com