Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Emas Dunia Turun Tipis

Kompas.com - 18/07/2023, 08:43 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga emas dunia turun tipis pada akhir perdagangan Senin (17/7/2023) waktu setempat atau Selasa pagi WIB, karena pelaku pasar masih bimbang terkait kemungkinan sudah berhenti atau masih berlanjutnya kenaikan suku bunga.

Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot turun 0,02 persen menjadi di level 1.954,60 dollar AS per ons. Sementara harga emas berjangka Comex New York Exchange turun 0,4 persen ke level 1.956,40 dollar AS per ons.

Rilisnya data inflasi Amerika Serikat (AS) pada pekan lalu, yang menunjukkan laju inflasi Juni 2023 turun ke level 3 persen (year on year/yoy) dan menjadi yang terendah sejak Maret 2021, memang telah memberikan sentimen positif terhadap pergerakan harga emas.

Baca juga: Awal Pekan, Harga Emas Antam Naik Rp 1.000 Per Gram

Sebab laju inflasi yang lebih terkendali itu mendorong ekspektasi bahwa bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) dapat segera mengakhiri siklus kenaikan suku bunga. Hal ini membuat harga emas dunia sempat menguat 1,65 persen sepanjang pekan lalu.

Namun pada awal pekan ini, sentimen positif tersebut tidak mampu memperkuat minat investor terhadap emas. Lantaran, para pelaku pasar masih ragu terkait The Fed akan segera memberi sinyal untuk mengakhiri tren pengetatan moneternya, atau melakukan jeda kenaikan suku bunga.

"Investor (emas) pada saat ini cukup enggan untuk sepenuhnya bullish, meskipun ada data inflasi minggu lalu,” kata Bart Melek, Kepala Strategi Komoditas di TD Securities.

Saat ini, sebagian besar pelaku pasar pun masih memproyeksikan bahwa The Fed akan kembali menaikkan suku bunganya dalam pertemuan rutin yang akan berlangsung pada 25-26 Juli 2023 mendatang.

Melek menilai, harga emas masih akan tertekan karena ekonomi AS terus menunjukkan penguatan, terutama dari bidang ketenagakerjaan. Hal ini membuat The Fed nampaknya sulit untuk melonggarkan kebijakan moneternya.

"Emas kemungkinan akan berada di bawah tekanan karena ekonomi AS terus menguat, terutama di bidang ketenagakerjaan. Dalam pandangan saya, sangat tidak mungkin The Fed akan berkomitmen untuk condong ke sikap kebijakan yang lebih dovish (longgar),” papar dia.

Untuk diketahui, emas memang dianggap sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan gejolak ekonomi, namun emas juga sangat sensitif terhadap kebijakan suku bunga.

Sebab, ketika suku bunga naik, maka emas yang tidak memberikan imbal hasil menjadi tak menarik bagi investor, berbeda dari obligasi dan saham yang memang memberikan imbal hasil.

Namun sebaliknya, ketika suku bunga melemah maka imbal hasil pada instrumen investasi lainnya ikut menurun, sehingga emas akan menjadi lebih menarik.

Baca juga: Awal Pekan, Harga Emas Antam Naik Rp 1.000 Per Gram

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com