Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Turun 1,7 Persen Tertekan Data Ekonomi China

Kompas.com - 18/07/2023, 08:12 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia turun mencapai 1,7 persen pada akhir perdagangan Senin (17/7/2023) waktu setempat atau Selasa pagi WIB, terbebani data pertumbuhan ekonomi China yang melemah.

Pelemahan ekonomi yang terjadi di negara dengan permintaan minyak mentah terbesar kedua di dunia itu, menimbulkan keraguan terkait potensi permintaan minyak di masa mendatang.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS turun 1,7 persen atau 1,27 dollar AS menjadi 74,15 dollar AS per barrel. Sedangkan minyak mentah Brent turun 1,7 persen atau 1,37 dollar AS menjadi 78,50 dollar AS per barrel.

Baca juga: Harga Minyak Dunia Jatuh Hampir 2 Persen, Ini Penyebabnya

China mencatatkan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 6,3 persen (year on year/yoy) pada kuartal II-2023, lebih rendah dari proyeksi para analis yang sebesar 7,3 persen karena adanya ekspektasi pemulihan pasca-pandemi.

"Data PDB (China) datang di bawah ekspektasi, jadi tidak akan banyak meredakan kekhawatiran atas ekonomi China," kata Warren Patterson, Kepala Penelitian Komoditas ING.

Konsensus di antara para ekonom menilai pemulihan pasca-pandemi China telah terganggu oleh perlambatan global serta permintaan domestik yang lemah. Tercermin dari ekspor yang terkontraksi atau -5,2 persen dan impor -6,9 persen di kuartal II-2023.

Pemerintah China memproyeksi pertumbuhan ekonomi keseluruhan tahun ini mencapai sekitar 5 persen. Target itu tergolong sederhana setelah ekonomi di 2022 tumbuh 3 persen, yang menjadi salah satu kinerja tahunan terlemah dalam beberapa dekade.

Di sisi lain, pergerakan harga minyak dunia juga dipengaruhi kondisi dua dari tiga ladang migas di Libya yang mulai kembali berproduksi setelah ditutup pekan lalu. Produksi sempat dihentikan karena adanya protes terhadap penculikan antan menteri keuangan.

Potensi menurunnya permintaan minyak seiring melemahnya ekonomi China, dan ekspektasi penambahan pasokan minyak di pasar global seiring ladang di Libya kembali berproduksi tersebut, telah menekan harga minyak mentah dunia.

Sebelumnya, tren harga minyak dunia sempat mengalami penguatan, seperti sepanjang pekan lalu yang mencatatkan kenaikan mingguan ketiga berturut-turut. Setiap pekannya, harga minyak dunia naik hampir 2 persen.

Harga minyak dunia sempat menguat seiring dengan keputusan Arab Saudi dan Rusia untuk memangkas produksi minyak mereka.

Arab Saudi mengumumkan perpanjangan masa pemangkasan produksi sebanyak 1 juta barrel per hari (bph) hingga Agustus 2023. Rusia juga memperpanjang masa pemotongan ekspor dan produksi masing-masing 500.000 barrel per hari.

Dengan demikian, total pengurangan produksi minyak oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ menjadi sekitar 5 juta barrel per hari, atau sekitar 5 persen dari permintaan minyak global.

Baca juga: Soal Usulan Pertashop Jual Pertalite, Menteri ESDM: Nanti Pertamax Enggak Laku...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com