Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Industri Ritel hingga Energi Jadi Sasaran Utama Serangan Ransomware

Kompas.com - 09/05/2024, 19:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Berbagai jenis serangan ransomware meningkat 49 persen secara tahunan pada 2023. Di Indonesia, industri ritel, grosir, transportasi, logistik, utilitas, dan energi menjadi sasaran utama pemerasan ransomware pada 2023.

Temuan tersebut diungkapkan pada laporan keamanan siber bertajuk Ransomware Retrospective 2024: Unit 42 Leak Site Analysis dan 2024 Incident Response Report.

Di Indonesia, ALPHV (BlackCat) merupakan kelompok ransomeware yang paling aktif. Sekurang-kurangnya terdapat 25 leak sites ransomware baru yang teramati pada 2023.

Baca juga: Isu Terkena Ransomware, KAI: Belum Ada Bukti Data Bocor

Country Manager Palo Alto Networks Indonesia Adi Rusli tidak heran mengetahui kelompok ransomware menunjukkan ketertarikan khusus pada industri ritel di Indonesia, terutama dengan meningkatnya tren digitalisasi.

"Namun, penting untuk dicatat, tidak ada industri yang kebal dan luput terhadap serangan. Pelaku kejahatan tidak akan pilih-pilih, mereka mengincar target yang paling mudah dan mampu menghasilkan keuntungan yang paling besar,” kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Kamis (9/5/2024).

Sementara itu, Regional Vice President ASEAN Palo Alto Networks Steven Scheurmann menambahkan, konsekuensi yang ditimbulkan jika tidak mengutamakan keamanan di ranah siber bisa berakibat fatal dan merugikan bisnis.

Baca juga: BSSN Sebut Potensi Serangan Siber Masih Tinggi, Terutama Jenis Ransomware

Oleh karenanya, para pemilik bisnis, apapun industrinya, harus memprioritaskan pengamanan jaringan dan koneksi digital rantai pasokan mereka.

"Temuan dalam penelitian ini semakin menekankan pentingnya keamanan siber dan merupakan hal yang tidak bisa dinegosiasikan lagi agar bisnis dan organisasi dapat tetap produktif dan kompetitif," kata dia.

Biasanya pelaku ransomware akan melakukan taktik pemerasan untuk mendapatkan hasil sebesar mungkin.

Sebagai gambaran, para pelaku pemerasan ransomeware pada 2023 rata-rata permintaan tebusan meningkat 3 persen dari 650.000 dollar AS atau sekitar lebih dari Rp 10 miliar menjadi 695.000 dollar AS atau sekitar Rp 11 miliar.

Baca juga: BSI Error Kena Ransomware, Wamen BUMN: Data Diretas dari Komputer Kantor Cabang

Namun demikian, rata-rata pembayaran menurun 32 persen dari 350.000 dollar AS, atau sekitar Rp 5 miliar menjadi 237.500 dollar AS, atau sekitar Rp 3,5 miliar.

Hal ini bisa jadi disebabkan oleh banyaknya organisasi yang melibatkan tim penanggulangan insiden (Incident Response team) yang memiliki kemampuan untuk melakukan negosiasi. Hal ini belum banyak dilakukan di tahun-tahun sebelumnya.

Sebagai informasi, ransomware merupakan salah satu jenis kejahatan siber, tengah ramai mendapatkan perhatian publik. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) menyebut ransomware sebagai jenis malicious software (malware) yang menyerang komputer koban dengan cara mengunci seluruh data yang ada di komputer korban,

Agar data-data tersebut bisa dikembalikan, biasanya terdapat petunjuk untuk memperoleh kunci yang digunakan untuk membuka file yang telah dienkripsi atau dikunci tersebut. Dilansir dari laman resmi Kementerian Keuangan (Kemenkeu), kegiatan penyebaran ransomware dilakukan oleh penyerang dengan tujuan finansial.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Ransomware dan Jenisnya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Tidak Ada 'Black Box', KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Tidak Ada "Black Box", KNKT Investigasi Badan Pesawat yang Jatuh di BSD

Whats New
Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Investasi Rp 10 Miliar, Emiten Perhotelan KDTN Siap Ekspansi Bisnis Hotel Rest Area

Whats New
Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Gandeng Binawan, RSUP dr Kariadi Tingkatkan Keterampilan Kerja Tenaga Kesehatan

Whats New
Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Stok Beras Pemerintah Capai 1,85 Juta Ton

Whats New
Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Luncurkan Starlink di Indonesia, Elon Musk Sebut Ada Kemungkinan Investasi Lainnya

Whats New
Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Lahan Kering di RI Besar, Berpotensi Jadi Hutan Tanaman Energi Penghasil Biomassa

Whats New
Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Riset IOH dan Twimbit Soroti Potensi Pertumbuhan Ekonomi RI Lewat Teknologi AI

Whats New
Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Cara Cek Penerima Bansos 2024 di DTKS Kemensos

Whats New
IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

IHSG Melemah 50,5 Poin, Rupiah Turun ke Level Rp 15.978

Whats New
Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Dari Hulu ke Hilir, Begini Upaya HM Sampoerna Kembangkan SDM di Indonesia

Whats New
Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Disebut Jadi Penyebab Kontainer Tertahan di Pelabuhan, Ini Penjelasan Kemenperin

Whats New
Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Perbankan Antisipasi Kenaikan Kredit Macet Imbas Pencabutan Relaksasi Restrukturisasi Covid-19

Whats New
KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

KKP Tangkap Kapal Ikan Berbendera Rusia di Laut Arafura

Whats New
Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Defisit APBN Pertama Pemerintahan Prabowo-Gibran Dipatok 2,45 Persen-2,58 Persen

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com