Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BSSN Sebut Potensi Serangan Siber Masih Tinggi, Terutama Jenis "Ransomware"

Kompas.com - 15/11/2023, 11:44 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) melaporkan, sepanjang 2023 terjadi 966.533 indikasi ransomware dari sekitar 160,07 juta anomali malware.

Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata Deputi IV BSSN Edit Prima mengatakan, hal tersebut membuat sebuah fenomena.

"Dari 160 juta anomali malware, hampir satu juta terindikasi ransomware," kata dia The Finance Executive Forum, ditulis Rabu (15/11/2023).

Ia menambahkan, dampak dari ransomeware ini dapat merugikan perusahaan.

Baca juga: BSI Error Kena Ransomware, Wamen BUMN: Data Diretas dari Komputer Kantor Cabang

Berdasarkan data SmallBiz Trends, ditemukan 1 dari 4 perusahaan terdampak ransomware bangkrut.

Tak hanya itu, ransomeware juga membuat 2 dari 4 perusahaan kehilangan reputasi.

Berdasarkan data yang dihimpun, terdapat sepuluh besar ransomeware yang paling sering menyerang sistem keamanan digital perusahaan.

Jajaran sepuluh besar ramsomware tersebut adalah, Luna Moth, WannaCry, Locky, LockBit, Darkside, Ryuk, Troldesh, Grandcrab, STOP, Aaurora.

"Ransomeware masih menjadi ancaman yang signifikan," imbuh dia.

Adapun, menurut Edit, insiden siber tersebut perlu dibarengi dengan peningkatan pada tiga sektor yakni sumber daya manusia (SDM), tata kelola, dan teknologi.

Baca juga: Mengenal Apa Itu Ransomware dan Jenisnya

Sebagai informasi, BSSN mendefinisikan ransomware sebagai jenis malicious software (malware) yang menyerang komputer koban dengan cara mengunci seluruh data yang ada di komputer korban.

Tujuannya, agar data-data tersebut bisa dikembalikan.

Biasanya terdapat petunjuk untuk memperoleh kunci yang digunakan untuk membuka file yang telah dienkripsi atau dikunci tersebut.

Jenis kejahatan ini memiliki tujuan menuntut pembayaran untuk data atau informasi yang sudah dicuri, atau data yang aksesnya dibatasi (enkripsi).

Lebih lanjut, serangan ransomware diawali malware arrival yang ditandai adanya aktivitas dari pengguna, baik melakukan klik malicious links atau malicious software.

Setiap malware yang sudah diklik, secara otomatis melakukan koneksi ke C2C (Command and Control), yang menjadi pusat kegiatan malicious software untuk melakukan pengiriman perintah dan kontrol victim.

Baca juga: Kena Serangan Ransomware, Bank Indonesia: Layanan Operasional Tidak Terganggu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com