Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perkembangan Analisis Data pada Lembaga Jasa Keuangan Indonesia Terhambat Anggaran

Kompas.com - 01/08/2023, 16:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menurut studi terbaru dari Forrester Consulting yang diprakarsai oleh perusahaan teknologi FICO, sektor keuangan Indonesia sedang pada kesiapan tahap awal data dan analisis.

Namun, sebagian besar lembaga jasa keuangan (LJK) menghadapi tantangan dalam eksekusi strategi tersebut.

Managing Director FICO di Asia Dattu Kompella mengatakan, 67 persen lembaga jasa keuangan di Indonesia telah berencana membangun lebih banyak aplikasi data.

Sedangkan, 54 persen menargetkan untuk memusatkan data nasabah di platform khusus perusahaan dalam satu atau dua tahun mendatang.

Baca juga: Waspada Skema Ponzi, OJK Larang Lembaga Jasa Keuangan Fasilitasi Perdagangan Kripto

Namun terlepas dari minat yang tinggi, Dattu bilang, lebih dari separuh lembaga jasa keuangan di Indonesia yang mengimplementasikan atau memperluas praktik operasi data dan inisiatif integrasi data melakukannya tanpa strategi yang komprehensif.

"Studi khusus yang dilakukan oleh Forrester Consulting menunjukkan, perusahaan yang telah menerapkan analisis tingkat lanjut lebih mungkin menghasilkan pertumbuhan laba karena pengambilan keputusan berdasarkan analisis," kata dia dalam konferensi pers, Selasa (1/8/2023).

Baca juga: OJK: Lembaga Jasa Keuangan Wajib Jaga Data Nasabah

Tantangan anggaran

Dattu menambahkan, berdasarkan studi tersebut lebih dari sepertiga lembaga jasa keuangan di Indonesia melaporkan, keterbatasan anggaran menjadi tantangan utama dalam operasional strategi analisis tingkat lanjut.

Sebagai gambaran, ia memerinci, Indonesia memiliki anggaran tahunan rata-rata terendah untuk analisis dan pengadaan data di kawasan Asia Pasifik, dengan alokasi rata-rata sebesar 320.000 dollar AS, atau sekitar Rp 4,83 miliar (kurs Rp 15.120 per dollar AS).

Jumlah tersebut lebih rendah 140.000 dollar AS dari rata-rata alokasi pengadaan data Asia Pasifik sebesar 454.000 dollar AS.

Dattu menerangkan, anggaran yang terbilang masih rendah ini lebih dipengaruhi karena Indonesia masih di tahap awal dalam penyediaan analisis dan pengadaan data.

"Bugdet ini tentunya akan bertumbuh seiring dengan perkembangan industri jasa perbankan. Yang penting, para senior eksekutif mengerti dan bagaimana mereka mau berkembang," terang dia.

Baca juga: OJK Minta Lembaga Jasa Keuangan Kerja Sama dengan Fintech

Kurangnya kolaborasi

Selain itu, penelitian juga menyoroti hambatan lain yang dihadapi lembaga jasa keuangan di Indonesia.

Sebanyak 46 persen responden mengatakan kurang adanya kolaborasi antara unit kerja dan sebanyak 44 persen bilang adanya prioritas bisnis yang saling bersaing.

"Pendekatan platform dapat membantu mengurangi kompleksitas dan memberikan kepercayaan diri bagi bank untuk mengintegrasikan dan mengoperasionalkan data dengan lebih baik sehingga dapat menghasilkan keputusan yang lebih cepat dan akurat,” tandas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com