KOLOM BIZ
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Experd Consultant
Eileen Rachman dan Emilia Jakob
Character Building Assessment & Training EXPERD

EXPERD (EXecutive PERformance Development) merupakan konsultan pengembangan sumber daya manusia (SDM) terkemuka di Indonesia. EXPERD diperkuat oleh para konsultan dan staf yang sangat berpengalaman dan memiliki komitmen penuh untuk berkontribusi pada perkembangan bisnis melalui layanan sumber daya manusia.

Rasa Memiliki

Kompas.com - 12/08/2023, 15:51 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

KITA tahu, salah satu kunci kesuksesan organisasi adalah rasa memiliki para karyawan terhadap organisasi mereka. Artinya, para karyawan memiliki pola pikir dan tindakan layaknya si pemilik bisnis.

Starbucks dan Amazon adalah beberapa perusahaan dunia yang menawarkan saham kepada karyawannya untuk membuat mereka menjadi bagian dari perusahaan.

We know our success will be largely affected by our ability to attract and retain a motivated employee base, each of whom must think like, and therefore must actually be, an owner,” tulis Ram Charan dalam bukunya The Amazon Management System.

Sebuah grup perusahaan di Indonesia pun menjadikan rasa memiliki sebagai salah satu kompetensi utama yang harus dimiliki oleh jajaran manajemennya. Menurut mereka, pemimpin unit bisnis harus memiliki kepekaan terhadap ancaman apa pun dan mampu menggambarkan masa depan organisasinya, paling tidak untuk 5–10 tahun mendatang.

Ada berbagai macam perilaku eksekutif dalam organisasi. Ada eksekutif yang menyerahkan pengambilan keputusan kepada pimpinan. Hal ini dilakukan tanpa menyadari atau merasa bersalah melepaskan akuntabilitas pribadinya dengan alasan atasanlah penentu segalanya.
Hal tersebut bahkan bisa terjadi pada perusahaan keluarga. Apalagi, semua anggota keluarga biasanya dianggap memiliki ownership yang sama terhadap perusahaan.

Padahal, bisa jadi hanya satu anak yang sibuk mengemban tanggung jawab membesarkan perusahaan, sedangkan anggota keluarga lain memiliki orientasi ownership yang sama sekali berbeda, bahkan malah menjadi beban perusahaan.

Sebaliknya, ada juga eksekutif yang berjuang mati-matian dalam proses negosiasi, menyadari segala dampaknya terhadap keuntungan organisasi. Setiap pengeluaran ekstra yang harus dikeluarkan oleh organisasi terasa seperti keluar dari kantong pribadinya sendiri.

Rasa memilikinya demikian tinggi, walaupun ia tidak memiliki saham apa pun di perusahaan tersebut. “The ownership mindset refers to psychological ownership of business outcomes and feeling empowered to make decisions that lead to those outcomes.”

Bayangkan, bila sikap seperti itu dimiliki oleh seluruh anggota tim. Setiap orang, apa pun posisinya, memperlakukan organisasi layaknya milik mereka sendiri. Ketika organisasi mengalami kesulitan, semua bahu-membahu mencari jalan keluar bagi organisasi, bukan jalan keluar masing-masing. Semua orang menyadari pentingnya kontribusi bagi kesuksesan organisasi.

Bagaimana kita dapat menciptakan rasa memiliki seperti ini?

Kepemilikan psikologis

Bila kita tinjau secara lebih mendalam, kepemilikan tidak ada hubungannya dengan kepemilikan secara fisik. Apakah seorang pemilik gedung otomatis memiliki ownership atas gedung tersebut? Apakah mereka memikirkan nasib gedung ini 5–10 tahun mendatang?
Apakah mereka peduli terhadap hal-hal semacam pencegahan kebakaran, perawatan gedung, dan efisiensi, atau sekadar menyerahkan hal yang mereka anggap remeh tersebut kepada pihak yang sudah mereka gaji?

Eileen Rachman.Dok. EXPERD Eileen Rachman.

Bila orang yang mengemban tugas itu memikirkan bagaimana ia dapat merawat gedung tersebut sehingga tetap terlihat selalu baru sampai tahun-tahun mendatang, aktif mencari cara ataupun metode baru untuk perawatannya, boleh dibilang inilah yang disebut kepemilikan psikologis.

Tim yang memiliki mindset ownership seperti itu akan secara otomatis merasa bahwa mereka bertanggung jawab terhadap kesuksesan organisasi sehingga mereka kerap berinisiatif untuk bergerak extra mile.

Sebaliknya, tim yang tidak memiliki mindset seperti itu merasa tanggung jawab adalah sesuatu yang harus ditugaskan terlebih dahulu kepada mereka. Implementasi usaha mereka sebatas tanggung jawab yang memang sudah diberikan kepada mereka saja.

Mengembangkan ownership

Kita perlu ingat bahwa menanamkan mindset ownership bukanlah seperti tindakan cuci otak ataupun operasi otak. Pengembangan ini perlu kita lakukan selangkah demi selangkah.
Rasa memiliki ini tumbuh melalui penghargaan yang kuat terhadap anggota tim. Sikap pemimpin akan sangat berdampak dalam membangun rasa memiliki dari anggota timnya. Bilamana pemimpin terlalu dominan dan hanya berfokus pada dirinya sendiri, ia akan membuat anggota tim merasa keberadaannya tidak lagi diperlukan.

Rasa kurang dihargai akan menyurutkan rasa memiliki terhadap tim, apalagi terhadap organisasi tempatnya berkarya. Setiap anggota kelompok harus merasa kontribusinya dibutuhkan.

Untuk itu, akuntabilitas perlu jelas dan terukur. Dalam tim, memang ada peranan yang berbeda-beda. Ada yang besar, ada yang lebih kecil, ada yang langsung jelas terlihat pada pendapatan organisasi, ada yang bersifat sebagai penunjang. Ukuran yang jelas terhadap kinerja dengan target yang berbeda-beda perlu disusun.

Lazimnya, organisasi menyusun key performance indicator (KPI) untuk masing-masing individu. Individu yang sudah mencapai target KPI-nya akan merasa bahwa ia berkontribusi.
Rasa memiliki akan tumbuh pada orang-orang yang merasa bahwa mereka memang membuat “impact” pada organisasi. Ketika individu merasa dirinya penting, ia dapat berpikir bebas dan terpancing kreativitasnya.

Ia pun akan merasa lebih bertanggung jawab terhadap hasil keseluruhan perusahaan dan berusaha memperbaiki kinerja pribadi dan anggota timnya. Keputusan-keputusan akan dibuat secara lebih tegas dan mandiri dengan adanya rasa tanggung jawab ini. Kolaborasi dengan sendirinya akan meningkat.

Ownership mindset berjangka panjang

Fokus pada KPI individual adakalanya membuat cakrawala menjadi terbatas. Pemegang jabatan berkonsentrasi pada pemenuhan KPI mereka dan melupakan gambaran yang lebih besar lagi dalam cakrawala organisasi.

Hal itu mungkin bisa untuk jangka pendek. Akan tetapi, kontinuitas bisnis dan organisasi sebenarnya perlu terus berada dalam benak setiap individu. Dengan ownership mindset, anggota tim menjadi lebih peduli terhadap kesuksesan organisasi dalam jangka panjang.
Sebagai pimpinan, kita perlu membuat statement tentang tujuan organisasi, ke mana organisasi akan kita bawa, serta harapan agar seluruh aset insan perusahaan menunjang cita-cita ini.

 


komentar di artikel lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com