Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bapanas: Dibutuhkan Kolaborasi Pentahelix untuk Bisa Menciptakan Ketahanan Pangan

Kompas.com - 12/08/2023, 16:10 WIB
Elsa Catriana,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengungkapkan, dibutuhkan kolaborasi pentahelix untuk mewujudukan ketahanan pangan.

Kolaborasi yang dia maksud adalah dengan menggandeng pemangku kepentingan terkait yang terdiri dari unsur pakar/akademisi, asosiasi, pelaku usaha pangan, komunitas, hingga pemerintah pusat dan daerah dalam menjalankan fungsi dan perannya mengorkestrasi tata kelola pangan nasional.

"Ketahanan pangan yang ingin kita buat adalah ketahanan pangan yang berlandaskan kemandirian dan kedaulatan pangan. Oleh sebab itu dibutuhkan kolaborasi pentahelix agar kita bisa menciptakan ketahanan pangan kita dan kita hand in hand menguatkan ketahanan pangan, menghadapi ancaman krisis pangan, mengantisipasi dampak El Nino dengan mengoptimalkan potensi dan sumber daya pangan lokal kita." ujar Arief dalam perayaan puncak Hari Ulang Tahun Bapanas ke-2 yang dilangsungkan di Halaman Kantor Gubernur NTT di Kupang, pada Sabtu (12/08/2023).

Bapanas juga terus mendorong perubahan mindset dan perilaku masyarakat menjadi lebih beragam dan lebih sehat sesuai rekomendasi Pola Pangan Harapan (PPH).

Baca juga: Bulog dan Bapanas Ungkap Tantangan Impor Beras

Adapun skor PPH Indonesia tahun 2022 berada di angkat 92,9 dan telah melampaui target sebesar 92,8. Namun demikian, kualitas konsumsi masyarakat harus terus ditingkatkan terutama unsur buah-buahan, sayur-sayuran, umbi-umbian, dan kacang-kacangan yang masih relatif kurang.

Paralel dengan itu, Bapanas juga mendorong kampanye stop boros pangan untuk menyadarkan seluruh lapisan masyarakat bahwa pangan yang terbuang sia-sia tidak hanya berdampak pada kondisi ketahanan pangan, tapi juga pada perekonomian dan lingkungan hidup.

Hasil kajian Bappenas 2021 mengungkap kerugian ekonomi yang ditimbulkan dari sampah pangan dari Rp 213 miliar-Rp 551 miliar per tahun. Setara dengan kandungan energi untuk porsi makan 61-125 juta orang per tahun.

Dalam kesempatan tersebut, Arief juga menyerahkan bantuan pangan untuk 700 Keluarga Risiko Stunting (KRS) yang berdomisili di Kupang dengan paket bantuan berupa 1 kilogram daging ayam beku dan 10 butir telur ayam.

Seperti diketahui, bantuan pangan ini merupakan penugasan pemerintah melalui Bapanas, di mana pengelolaan dan pendistribusiannya dilaksanakan oleh ID FOOD dan PT Pos Indonesia.

Secara nasional, total bantuan pangan daging ayam dan telur ayam tersebut menyasar 1,4 juta KRS di 7 provinsi dengan prevalensi stunting yang cukup tinggi. Selain NTT, 6 provinsi lainnya yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Barat, dan Sumatera Utara.

Bantuan ini sangat dibutuhkan masyarakat untuk menekan angka stunting dan menurunkan kerawanan pangan dan gizi melalui pemenuhan sumber protein untuk perbaikan gizi.

Baca juga: Kekeringan Ekstrem akibat El Nino Ancam Ketahanan Pangan RI

Pada saat yang sama, bantuan yang tersalurkan tersebut merupakan produk petani/peternak dalam negeri dan menjadi bagian dari hilirisasi pangan sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, dengan mengoptimalkan peran BUMN di bidang pangan.

Bapanas juga berfokus menjaga daya beli masyarakat dan mengendalikan inflasi pangan melalui Gerakan Pangan Murah (GPM).

Dalam rangkaian GPM tersebut, Bapanas bersama keterlibatan berbagai stakeholder seperti BUMN Pangan, BUMD, asosiasi, dan pelaku usaha pangan menggelar GPM dengan menyediakan berbagai bahan pangan dengan harga yang terjangkau.

Perum Bulog menyediakan beras SPHP hingga 9 kontainer dengan total 225 ton digelontorkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Sedangkan untuk komoditas minyak goreng MinyaKita, ID FOOD menyediakan tidak kurang dari 15.000 liter kemasan MinyaKita.

Selain itu, berbagai komoditas pangan lainnya juga menjadi pilihan warga Kupang yang disediakan oleh berbagai pelaku usaha pangan.

Rangkaian kegiatan tersebut merepresentasikan cakupan fungsi Bapanas mulai dari ketersediaan dan stabilitas pangan, kerawanan pangan dan gizi, serta penganekaragaman konsumsi dan keamanan pangan berdasarkan Perpres 66 tahun 2021 tentang Badan Pangan Nasional.

"Dari NTT kita membawa semangat merdeka pangan sebagai momentum membangun sinergi dan kolaborasi yang kuat sehingga berbagai tantangan pangan dapat kita atasi bersama, pandemi, ancaman krisis pangan, konflik geopolitik, hingga El Nino merupakan serangkaian tantangan di sektor pangan yang tidak akan bisa diselesaikan hanya oleh NFA. Butuh keterlibatan kita semua untuk mengatasinya," pungkas Arief.

Baca juga: Jurus Bapanas Dorong Ketahanan Pangan RI, Antisipasi Dampak El Nino

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com