Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Genjot Produksi Padi, Plt Mentan Fokus Kendalikan Serangan Hama

Kompas.com - 12/10/2023, 20:38 WIB
Elsa Catriana,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Plt Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi memprioritaskan program kerja menggenjot produksi padi guna memperkuat ketersediaan beras secara mandiri di tengah ancaman El Nino (kemarau panjang).

Upaya yang dilakukan selain menjamin ketersediaan pupuk untuk meningkatkan produktivitas, juga fokus mengendalikan serangan hama penggerek batang, tikus dan burung emprit.

"Saya minta Dirjen Tanaman Pangan dan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian gerak cepat melakukan gerakan pengendalian di lapangan. Kementerian Pertanian menyiapkan bantuan bahan-bahan yang diperlukan dalam pengendalianya. Misal untuk burung emprit, kami siapkan bantuan jaring penangkap burung," ujar Arief di Karawang, Jawa Barat, Kamis (12/10/2023).

Baca juga: Pemerintah Tambah Impor 1,5 Juta Ton Beras, Bulog: Minimal Akhir Tahun Punya Tambahan 500.000 Ton

Sementara itu, Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi mengatakan, hingga saat ini Kementan telah secara masif melakukan pengendalian hama penggerek batang, tikus dan burung emprit di semua daerah. Kementan mengedepankan pengendalian hama secara ramah lingkungan.

"Misal untuk tikus, tidak perlu lagi dengan cara kimia. Kementerian Pertanian merekomendasikan melalui gropyokan dilakukan terus menerus dimulai selesai pengolahan pertama sampai dengan sebelum tanam. Kemudian bisa dengan inovasi ramah lingkungan yaitu Ramuan Bioyoso," ujarnya.

"Dan pengendalian tikus melalui menjaga sanitasi lingkungan, membuat rumah burung hantu. Hindari dan dilarang menggunakan jebakan kawat listrik, utamakan teknik mekanis, gropyokan, pengendalian biologi, dan alternatif terakhir dengan kimiawi," sambung Suwandi.

Baca juga: Melihat Dampak El Nino Terhadap Produksi Beras di Tanah Air

Suwandi menjelaskan, Ramuan Bioyoso merupakan pestisida berbahan alami guna mengendalikan hama tikus. Caranya adalah ramuan Bioyoso dijadikan umpan agar dimakan tikus dan kemungkinan tikus akan mengalami kemandulan dan gigi rontok, lalu selanjutnya akan mati.

"Pembuatan dapat dilakukan petani sendiri yakni dari ubi gadung, bekatul, ikan yang amis terus ditambah kulit pohon kamboja ditambah empat potong ragi tape lalu ditumbuk. Lalu ditaruh jaraknya 3 sampai 5 meter. Nanti dalam waktu 3 sampai 5 hari tikusnya mati," jelasnya.

Untuk teknik pengendalian penggerek batang padi yang lebih efektif, Suwandi menyebutkan efisien dan ramah lingkungan perlu dikembangkan. Salah satunya adalah pemanfaatan feromon yang dapat digunakan untuk pemantauan tingkat populasi dan perangkap massal.

Baca juga: Sebanyak 24.000 Ton Beras Impor asal Vietnam Tiba di Jakarta

Sebagai alat pemantau populasi maka perangkap berferomon akan memberikan informasi lebih dini dan tepat untuk melakukan tindakan pengendalian hama tersebut.

"Sebagai alat perangkap massal, maka pemakaian perangkap berferomon dapat menurunkan tingkat populasi serangga jantan yang secara tidak langsung akan menekan jumlah serangga berkopulasi (kawin) sehingga akan menurunkan tingkat populasi serangga hama generasi berikutnya," jelasnya.

Terakhir, Suwandi menuturkan teknik pengendalian hama burung emprit adalah dengan melakukan tanaman serentak. Selain itu, menanam tanaman berwarna mencolok dan memasang benda-benda mengkilap.

"Cara lainya yaitu dengan memasang jaring atau benang perangkap dan memberikan aroma yang tidak disukai burung," kata Suwandi.

Baca juga: Bapanas Investigasi soal Dugaan Beras Sintetis di Bukittinggi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com