Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Digitalisasi Perkebunan Jadi Solusi Jitu Pemantauan Perkebunan Berkelanjutan

Kompas.com - 20/10/2023, 17:08 WIB
Dwi NH,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertanian (Mentan) Arief Prasetyo Adi meminta seluruh jajaran Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) untuk membangun ekosistem perkebunan nasional termasuk mendetailkan semuanya dengan baik.

“Pendetailan itu dari mulai data produksi, pemetaan semua kawasan sentra perkebunan, kebutuhan yang diperlukan dan bahan pendukung lainnya. Semua harus terukur dengan baik dan menyeluruh,” ujarnya dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (20/10/2023).

Luas perkebunan yang meningkat tentu akan berdampak terhadap produksi dan produktivitas komoditi perkebunan, khususnya komoditi utama seperti kelapa sawit.

Untuk itu, penggunaan teknologi satelit dan citra penginderaan jauh sangat penting dilakukan agar kinerja dapat lebih efektif dan efisien.

Adapun penggunaan teknologi yang diperlukan, seperti memiliki kemampuan untuk memberikan estimasi produksi maupun hasil panen komoditas perkebunan serta mengatasi tantangan geografis dan beberapa wilayah perkebunan yang sulit terjangkau atau diakses.

Baca juga: Pengaruh Fitur Geografis Terhadap Keberagaman Budaya Indonesia

Sebagai tindak lanjut, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Ditjenbun berkolaborasi dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dan University of Sydney menggelar fokus grup diskusi (FGD) dengan bahasan tentang teknologi satelit dan citra penginderaan jauh untuk sub sektor perkebunan.

Dalam forum tersebut, tim Ditjenbun dan UGM menyampaikan proses perencanaan Ditjenbun telah mengembangkan aplikasi Sistem Perencanaan Terintegrasi Perkebunan (SiCanTik) yang merupakan perpaduan antara sistem geospasial dengan penginderaan jauh.

Langkah tersebut diambil sebagai upaya pemenuhan data-data komoditi perkebunan berbasis spasial serta mendapatkan calon petani calon lokasi (CPCL) yang tepat sasaran dan akurat.

Sementara itu, tim Sydney University mengatakan, pihaknya bersedia meminjamkan alat guna menganalisis tanah perkebunan untuk uji coba dan kolaborasi dengan aplikasi SiCanTik.

Baca juga: Polda Jambi Geledah Kantor PTPN VI Terkait Dugaan Korupsi Akuisisi Perusahaan Perkebunan

Penginderaan jauh untuk kelola perkebunan

Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Ditjenbun (Sesditjenbun) Heru Tri Widarto mengatakan, FGD perlu dilaksanakan karena mayoritas komoditas perkebunan memiliki hamparan yang luas dan lingkungan yang sulit dijangkau.

“Penginderaan jauh ini sangat penting dalam pengelolaan perkebunan, di mana pemantauan yang berkelanjutan diperlukan untuk mengidentifikasi perubahan kondisi lahan dan tanaman dari waktu ke waktu,” imbuhnya.

Melalui hasil FGD, Heru berharap, aplikasi SiCanTik dapat berkolaborasi dengan beberapa metode yang telah dikembangkan oleh peneliti Sydney University untuk menganalisa via satelit guna mendukung pembangunan perkebunan berbasis data spasial.

Ia menjelaskan, Ditjenbun memerlukan teknologi yang dapat mengumpulkan data dan informasi tentang kondisi terkini tanaman perkebunan, dengan bantuan sensor dan kamera sensitive yang terdapat pada satelit.

Baca juga: BRIN dan PSN Kolaborasi Perkuat Teknologi Satelit RI

Nantinya, sebut Heru, data yang diperoleh dari teknologi satelit kemudian diubah menjadi citra penginderaan jauh yang memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi lahan, perkebunan, dan lingkungan lainnya.

“Salah satu keunggulan utama teknologi satelit dan citra penginderaan jauh ini yaitu kemampuannya untuk melakukan pemantauan di skala besar dan berulang secara periodik. Berbeda dengan survei lapangan konvensional yang terbatas pada area kecil, teknologi ini dapat mencakup luas wilayah yang luas dan memberikan data secara berkala,” ujarnya.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com