Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rupiah Kian Tertekan, Sri Mulyani Beberkan Dampaknya ke Anggaran Subsidi Pemerintah

Kompas.com - 26/10/2023, 11:10 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS yang tengah terjadi bakal berdampak ke anggaran subsidi energi pemerintah. Pasalnya, nilai tukar rupiah saat ini sudah berada di atas asumsi makro APBN 2023.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, realisasi nilai tukar rupiah sudah berada pada level Rp 15.171 per dollar AS hingga September 2023. Nilai itu jauh lebih tinggi dibanding nilai yang tercantum dalam asumsi APBN 2023, yakni sebesar Rp 14.800 per dollar AS.

Sebagai catatan, nilai realisasi tukar yang digunakan oleh pemerintah merupakan nilai rata-rata kurs rupiah sejak awal tahun.

"Kita menggunakan Rp 14.800 dalam APBN kita, namun year to date (Januari-September 2023) kita sudah di Rp 15.171," kata dia, dalam konferensi pers APBN KiTa edisi Oktober 2023, Rabu (25/10/2023).

Baca juga: Rupiah Melemah Dekati Level 16.000, Sri Mulyani: Dollarnya yang Menguat...

Bendahara negara memastikan, pergerakan realisasi kurs rupiah akan berdampak terhadap anggaran subsidi pemerintah. Oleh karenanya, ia menekankan pentingnya pengendalian konsumsi energi subsidi di kalangan masyarakat.

"Jadi nanti kebutuhan subsidi kompensasi dihitungnya berdasarkan tadi realisasi per bulannya yang nanti diaudit BPKP," ujarnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Anggaran Isa Rachmatarwata menyebutkan, pelemahan nilai tukar rupiah bakal berdampak terhadap anggaran subsidi pemerintah. Hal ini selaras dengan realisasi nilai tukar yang sudah lebih tinggi dari perkiraan pemerintah.

"Memang untuk (asumsi) dollarnya kemungkinan akan lebih tinggi dari Rp 14.800 yang di APBN. Nah mungkin dari situ dampaknya akan ada," kata dia.

Baca juga: Rupiah Melemah, Harga Makanan dan Minuman Berpotensi Naik

Akan tetapi, realisasi harga minyak mentah Indonesia (ICP) sebenarnya masih jauh berada di bawah perkiraan pemerintah. Isa menyebutkan, realisasi harga ICP sampai dengan September sebesar 77,69 dollar AS per barrel, lebih rendah dari angka asumsi makro sebesar 90 dollar AS per barrel.

Isa menyadari, selama beberapa bulan terakhir harga minyak mentah sempat melonjak. Akan tetapi, secara rata-rata harga ICP masih berada di bawah prediksi pemerintah, mengingat pada awal tahun harga ICP masih relatif rendah.

"ICP mudah-mudahan enggak melonjak terlalu tinggi, karena di awal tahun relatif masih rendah," ucap dia.

Sebagai informasi, pemerintah menganggarkan Rp 336,7 triliun untuk subsidi dan kompensasi energi. Sampai dengan September lalu, realisasi pemanfaatan anggaran itu telah mencapai sekitar Rp 219,8 triliun.

Secara lebih rinci, realisasi pemanfaatan anggaran itu digunakan untuk subsidi dan kompensasi listrik sebesar Rp 77,9 triliun, subsidi elpiji 3 kilogram sebesar Rp 46,5 triliun, serta subsidi dan kompensasi BBM sebesar Rp 95,4 triliun.

Baca juga: Chatib Basri: Depresiasi Rupiah Hanya 2 Persen, Lebih Rendah dari Ringgit Malaysia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com