Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Harga Tiket Pesawat Masih Mahal, Menhub: Harga Avtur Naik

Kompas.com - 03/11/2023, 08:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Harga tiket pesawat hingga November 2023 terpantau masih mahal. Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyebut ada sejumlah faktor yang menyebabkan harga tiket pesawat masih mahal saat ini.

Bocoran penyebab masih mahalnya harga tiket disampaikan Menhub Budi dalam acara Kompas100 CEO Forum.

Apa saja penyebab harga tiket pesawat masih mahal?

Baca juga: Pesawatnya Pakai Bioavtur Pertamina, Bos Garuda: Tak Ada Perbedaan Signifikan dengan Avtur Biasa

1. Harga Avtur Naik

Menhub mengungkapkan kenaikan harga bahan bakar avtur menjadi faktor terbesar yang menyebabkan harga tiket pesawat masih tinggi. Menurut dia, 40 persen biaya operasional penerbangan berasal dari pembelian bahan bakar avtur.

Dengan demikian, kenaikan harga avtur yang terjadi saat ini mempengaruhi total biaya operasi penerbangan.

Harga avtur saat ini cenderung naik akibat kondisi sosial politik global seperti perang Rusia-Ukraina dan perang Israel-Hamas.

"Jadi apabila avtur itu Pertamina harganya bisa turun dengan harga yang sama dengan Singapura, ini akan sangat membantu ya," ujar Menhub, dikutip dari YouTube Harian Kompas, Kamis (2/11/2023).

Baca juga: Menhub Bocorkan Penyebab Harga Tiket Pesawat Masih Mahal

2. Kekurangan Armada

Penyebaab selanjutnya, industri penerbangan RI saat ini belum pulih sepenuhnya pasca-pandemi Covid-19.

Menhub mengatakan maskapai Indonesia tengah kekurangan armada pesawat untuk dioperasikan mengangkut penumpang, dari semula sebanyak 650 pesawat kini hanya 400 pesawat yang beroperasi.

Padahal jumlah penumpang telah meningkat setelah pandemi. Adapun kondisi keterbatasan pesawat yang beroperasi ini tidak hanya dialami oleh industri penerbangan dalam negeri tetapi juga secara internasional.

Baca juga: Menhub Pertimbangkan Turunkan Tarif Batas Atas Tiket Pesawat di Daerah Tertentu

3. Keterbatasan Suku Cadang

Penyebab lain, yakni akibat terbatasnya ketersediaan suku cadang pesawat lantaran rantai pasoknya terganggu oleh kondisi sosial politik global.

Sementara maskapai membutuhkan suku cadang ini untuk memperbaiki pesawat-pesawat yang selama pandemi tidak digunakan sehingga ada banyak pesawat yang membutuhkan waktu perbaikan lebih lama dan tidak bisa segera dioperasikan.

"Kita kesulitan untuk melakukan penerbangan karena pesawat seperti ATR pada daerah-daerah terpencil itu berkurang drastis karena tidak ada suku cadang," ungkap Menhub.

Baca juga: Menhub Lobi Sri Mulyani dan Airlangga untuk Bebaskan Pajak Impor Suku Cadang Pesawat

Menhub Ajak Menkeu Cari Solusi

Menhub mengajak Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati untuk membicarakan solusi dari permasalahan yang yang membebankan biaya operasional penerbangan ini.

Pasalnya, apabila biaya operasional bisa berkurang, maka maskapai memiliki biaya untuk menambah armada pesawat yang bisa dioperasikan, baik dengan cara membeli maupun menyewa.

"Ini bisa kita lakukan untuk sama-sama menurunkan. Kalau cost daripada aviasi ini menurun, maka daya beli mereka untuk membeli atau meleasing pesawat-pesawat menjadi baik," tuturnya.

(Tim redaksi: Isna Rifka Sri Rahayu, Yoga Sukmana)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com