Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kondisi Moneter yang Akomodatif Bisa Dorong Likuiditas di Pasar Saham di Tahun Pemilu

Kompas.com - 21/12/2023, 11:30 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Senior Portfolio Manager, Equity PT Manulife Aset Manajemen Indonesia Caroline Rusli mengatakan, latar belakang makro yang lebih positif bagi dunia investasi menjelang peralihan kebijakan moneter global ke arah yang lebih akomodatif pada tahun 2024 memberikan katalis positif yang dapat membuka peluang valuasi saham dihargai lebih tinggi.

Dia mengatakan, potensi pemangkasan suku bunga, stabilitas rupiah dan meningkatnya aktivitas perekonomian ditopang oleh distribusi belanja kampanye diharapkan menjadi katalis yang dapat mendorong pasar saham Indonesia menguat lebih lanjut. Dia menilai, pertumbuhan pendapatan perusahaan diperkirakan masih tumbuh dengan kecepatan yang relatif sehat pada tahun 2024.

“Optimisme terhadap peningkatan aktivitas perekonomian pada tahun pemilu dan kondisi moneter yang lebih akomodatif diharapkan dapat memperbaiki konektivitas antara makro domestik yang baik dan aliran likuiditas ke pasar saham Indonesia,” kata Caroline dalam siaran pers, Kamis (21/12/2023).

Baca juga: Proyeksi Isu Ekonomi Debat Cawapres 22 Desember, dari Pertumbuhan Ekonomi sampai Penerimaan Pajak

Caroline mengatakan, jika penurunan Fed Funds Rate lebih disebabkan oleh kemungkinan terjadinya resesi ekonomi, maka bisa terjadi flight to safety pada dollar AS sehingga Rupiah juga tidak langsung mendapatkan keuntungan dari penurunan suku bunga yang dilakukan oleh The Fed.

Di sisi lain, ia menilai ada keterbatasan fiskal AS dalam menopang perekonomian juga dapat menjadi faktor risiko bagi pasar finansial global, di mana sekitar 20 persen dari pertumbuhan PDB riil AS ditopang oleh belanja pemerintah yang berisiko mencapai limit maksimum pada bulan Januari hingga Februari 2024.

“Untuk mengimbangi dampak kenaikan suku bunga yang tinggi, hingga mencapai 525 basis poin, pemerintah menggelontorkan belanja pemerintah yang dibiayai oleh utang sehingga defisit fiskal terus bertumbuh tinggi,” jelasnya.

Sementara itu, daya beli masyarakat segmen bawah dan menengah ke bawah dengan biaya hidup terus melonjak dengan tingkat yang lebih besar. Bantuan sosial berupa beras dan uang tunai jelang pilpres diharapkan dapat membantu menopang perekonomian dalam jangka pendek. Dia juga mengatakan, saat ini pasar masih dibayangi oleh tensi risiko geopolitik.

Baca juga: Jelang Debat Cawapres, Ekonom Minta Kandidat Bahas Target Pertumbuhan Ekonomi

 


Caroline mengatakan, beberapa sektor yang diperkirakan positif pada tahun pemilu mencakup communication services, financials, dan green energy.

Dia mengatakan, sektor komunikasi adalah sektor defensif yang diuntungkan dengan situasi persaingan yang kondusif, karena operator dapat menaikkan harga dan mendapatkan keuntungan dari dana kampanye pemilu serta potensi konsolidasi antar pemain, sehingga diperkirakan persaingan perang tarif akan terus mereda.

Sementara untuk sektor perbankan, pandangan yang lebih positif terutama pada perbankan besar yang tetap bisa mendapatkan funding dengan biaya bunga yang rendah di tengah mengetatnya likuiditas. Di sisi lain green energy juga m enangkap pertumbuhan struktural di bidang energi terbarukan.

Transisi menuju era dekarbonisasi menguntungkan bagi Indonesia yang kaya akan komoditas yang digunakan dalam teknologi energi  baru terbarukan.

Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Diprediksi 5,04 Persen Tahun Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Mudah, Begini Cara Cek Saldo JHT BPJS Ketenagakerjaan via Aplikasi JMO

Whats New
OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

OJK: Portofolio Investasi Dana Pensiun Masih Didominasi Instrumen SBN

Whats New
Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Capex Adalah: Pengertian, Jenis, Contoh, dan Cara Menghitungnya

Earn Smart
Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Prospek Reksadana Campuran Dinilai Masih Menarik, Ini Alasannya

Whats New
Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Pemerintah Kantongi Rp 21,36 Triliun dari Lelang 7 Seri Surat Utang Negara

Whats New
OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

OJK Tindak 45 Iklan Keuangan yang Langgar Aturan pada Kuartal I-2024

Whats New
Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Asosiasi Vape Gencarkan Edukasi untuk Kurangi Kebiasaan Merokok

Whats New
Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Cara Resign dari Pekerjaan dengan Sopan dan Tanpa Drama

Work Smart
PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

PGN Saka Resmi Perpanjang Kontrak WK Ketapang Bersama Petronas di IPA Convex 2024

Whats New
MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

MSIG Life Bayar Klaim Meninggal Dunia dan Kesehatan Rp 164 Miliar per Kuartal I 2024

Whats New
Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Cara Bayar Iuran BPJS Kesehatan lewat BRImo dengan Mudah

Spend Smart
Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Di IPA Convex 2024, Pertamina, Petronas, dan MedcoEnergi Sepakat Prioritaskan Kolaborasi

Whats New
Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Bank Mandiri: Suku Bunga Acuan Belum Akan Turun dalam Waktu Dekat

Whats New
Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Freeport Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3-S2, Simak Persyaratannya

Work Smart
Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Pemerintah Tetapkan 16 PSN Baru, Pelaksanaannya Disebut Tak Butuh APBN

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com