Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Edy, Jual Bakso Pentol di Tengah Proyek Triliunan Rupiah Bernama IKN

Kompas.com - 19/01/2024, 07:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

IKN, KOMPAS.com - Pembangunan kawasan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur ternyata membawa berkah tersendiri untuk masyarakat di sekitarnya, tak terkecuali untuk Edy yang hidup dari berjualan makanan.

Di antara hamburan debu pembangunan klaster istana kepresidenan di IKN yang membumbung, sekelompok pekerja bangunan terlihat mengerumuni pedagang bakso pentol yang lewat.

Dengan motor bebek yang dipenuhi bekas lumpur dan keranjang sederhana di belakang, Edy membawa satu panci besar berisi bakso pentol dan termos es yang tidak kalah ukurannya.

Edy menyambung hidup dengan berjualan bakso pentol dan es di sekitaran proyek negara yang bernilai ratusan triliun tersebut. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) sempat berujar, untuk menyelesaikan IKN dibutuhkan dana senilai Rp 466 triliun.

Di atas keranjang motornya terdapat sebuah payung lebar yang tergulung. Payung tersebut akan digunakan untuk melindungi dagangannya dari terik matahari ketika ia mangkal di suatu tempat. Bedanya, ketika berjualan di kawasan proyek IKN ini ia tidak berhenti di satu tempat.

Ia akan terus berjalan pelan sampai ada orang yang memanggil untuk membeli bakso pentol atau es yang dijajakannya. Dengan gesit, ia akan berhenti, menurunkan standar motor, dan melayani pekerja pembangunan proyek yang biasanya datang berkelompok.

Baca juga: Kisah Anwar, Mantan Bankir yang Banting Setir Jadi Pegiat Bank Sampah di Kota Metro

Pembangunan IKN terus digenjot dengan bertambahnya prosesi peletakkan batu pertama dari sejumlah instansi. Mesin derek bersilangan di atas tiap-tiap fondasi gedung yang bertambah tinggi tiap harinya. Di bawahnya, truk pengangkut materaial bangunan mondar-mandir untuk bongkar muat.

Namun usai jam kerja, detak pembangunan sedikit mereda. Beberapa pekerja melepas penat dan mencari jajanan milik Edy. Secara umum, masyarakat sekitar lazim menyebut bakso pentol atau bakso tusuk Edy sebagai salome. Ia menjual dua jenis pentol. Bakso pentol ukuran besar yang berisi telur puyuh dibanderol Rp 2.500, sedangkan bakso pentol ukuran kecil dijual Rp 1.000 per biji.

Sore itu, termos es ukuran 30 liter yang semula berisi es sirup mangga sudah terlihat kosong. Ketika hawa panas, es sirup mangga memang jadi primadona dan lebih cepat habis ketimbang salome yang masih tersisa.

Edy menyediakan berbagai pilihan saus untuk bakso pentolnya. Pembeli bisa memilih mencampur bakso pentol saus kacang dengan tambahan saus tomat atau saus sambal dan kecap.

Ia merupakan salah satu pedagang makanan yang rutin melewati area pembangunan IKN untuk mengais rejeki saban sore. Sekurang-kurangnya, sudah dua bulan terakhir ia rutin melewati jalan tanah berdebu ini untuk menjemput rejeki di proyek pembangunan IKN.

Baca juga: Kisah Sanip, Bertahan di Tengah Stigma Serba Mahal SCBD

 


Sebagai gambaran, jalan di wilayah pembangunan IKN saat ini masih berupa tanah dengan kontur yang naik turun. Tak jarang ditemui kubangan tanah yang tergenang air setelah hujan turun. Tanah yang licin dan basah bisa jadi jebakan yang membuat ban kendaraan yang lewat jadi selip.

Ketika terik matahari, truk bermuatan material pembangunan yang sesekali lewat akan mengembuskan debu ke udara, membuat jarak pandang jadi terbatas.

Untuk satu hari berjualan di kawasan IKN, Edy mengaku bisa 20 kali berhenti untuk melayani pembeli. Biasanya ia lewat menjelang jam kerja tukang bangunan selesai atau sekitar pukul 5 sore.

Baca juga: Kisah Mantan OB dengan 1.000 Gerai Waralaba

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com