Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kadir Ruslan
Analis Data di BPS, Pengajar di Politeknik Statistika STIS

Bekerja sebagai analis data sosial-ekonomi di Badan Pusat Statistik

Hilirisasi Inklusif

Kompas.com - 29/01/2024, 07:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

NIAT baik pemerintah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui hilirasasi harus dipastikan inklusif sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokasi hilirasi secara berkelanjutan.

Jangan sampai dampak ekonomi yang ditimbulkan hanya sesaat dan dibarengi dengan kerusakan lingkungan yang menjadi beban generasi selanjutnya.

Belakangan ini, hilirisasi menjadi topik yang ramai diperbincangkan. Hilirisasi menjadi program unggulan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, banyak isu melingkupi program pemerintah ini.

Salah satu isu yang mengemuka mengenai dampaknya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, khususnya di wilayah yang menjadi lokasi hilirisasi, seperti Provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah.

Artikel singkat ini mencoba mengulas secara objektif dampak hilirisasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah dan kondisi kesejahteraan masyarakat di kedua provinsi tersebut, dipotret oleh berbagai indikator sosial-ekonomi yang dipublikasikan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Secara umum, aktivitas hilirisasi memberikan dampak signifikan terhadap ekonomi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah. Hal ini tercermin dari pertumbuhan ekonomi dan struktur pertumbuhan ekonomi regional di kedua provinsi tersebut.

BPS mencatat, pada Triwulan 3-2023, ekonomi Maluku Utara dan Sulawesi Tengah tumbuh sangat mengesankan secara kumulatif (c-to-c), yakni masing-masing sebesar 21,41 persen dan 12,69 persen.

Berturut-turut, kedua provinsi ini menjadi provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi secara nasional pada Triwulan 3-2023 secara kumulatif, jauh meninggalkan pertumbuhan ekonomi nasional yang hanya sebesar 5,05 persen.

Pertumbuhan ekonomi impresif Maluku Utara ditopang pertumbuhan lapangan usaha Industri Pengolahan yang mencapai 51,02 persen.

Pertumbuhan tersebut didorong peningkatan produksi pada Industri Logam Dasar, utamanya pada ferronickel, mixed hydroxide precipitate (MHP), dan nickel matte, yang merupakan output dari industri pengolahan nikel.

Sementara itu, pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah yang mengesankan juga ditopang pertumbuhan lapangan usaha Industri Pengolahan yang tumbuh sebesar 27,99 persen. Pertumbuhan tersebut disokong peningkatan produksi besi & baja dan nikel.

Lalu bagaimana pertumbuhan ekonomi impresif di kedua provinsi ini, yang ditopang oleh kegiatan hilirisasi, berdampak terhadap kondisi kesejahteraan masyarakatnya?

Sejumlah indikator sosial, seperti persentase penduduk miskin, kondisi ketenagakerjaan, rasio gini, dan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang dipublikasikan oleh BPS dapat membantu kita untuk menjawab pertanyaan tersebut secara agregat.

Sayangnya, data BPS memperlihatkan bahwa di tengah pertumbuhan ekonomi yang impresif di kedua provinsi, angka kemiskinan justru mengalami kenaikan pada Maret 2023 dibandingkan Maret 2022.

Tercatat, persentase penduduk miskin di Maluku Utara naik sebesar 0,23 persen poin, sementara di Sulawesi Tengah naik 0,08 persen poin.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com