Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Hugo Boss Melorot 18 Persen, Imbas Proyeksi Lesunya Penjualan

Kompas.com - 07/03/2024, 21:24 WIB
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Penulis

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.com - Saham perusahaan mode asal Jerman Hugo Boss melorot 18 persen sebelum menguat tipis pada perdagangan Kamis (7/3/2024).

Anjloknya saham Hugo Boss terjadi setelah perseroan menyatakan ada kemungkinan gagal memenuhi target penjualan tahun 2025 di tengah melemahnya permintaan konsumen.

Dikutip dari CNBC, jenama fesyen kelas atas Jerman ini menuju penjualan terburuknya sejak tahun 2016, setelah memperkirakan penjualan akan tumbuh lebih lambat di tahun mendatang.

Baca juga: Wall Street Berakhir Merah, Penurunan Saham Apple Menyeret Sektor Teknologi

Ilustrasi saham. Apa itu saham. Saham adalah apa. Risiko mempunyai saham. Keuntungan memiliki saham.SHUTTERSTOCK/FEYLITE Ilustrasi saham. Apa itu saham. Saham adalah apa. Risiko mempunyai saham. Keuntungan memiliki saham.

Padahal, penjualan Hugo Boss mencapai 4,2 miliar euro atau 4,6 miliar dollar AS pada tahun 2023, naik 18 persen dari tahun sebelumnya. Angka tersebut setara sekitar Rp 71,9 triliun (kurs Rp 15.639 per dollar AS).

Saham Hugo Boss anjlok 18 persen lebih rendah pada pukul 08.52 waktu London, Inggris.

CEO Hugo Boss Daniel Grieder mengatakan kepada CNBC, tahun 2023 adalah “tahun rekor”, tetapi menunjukkan pertumbuhan yang lebih rendah, yaitu 3 hingga 6 persen pada tahun 2024.

Dia menambahkan bahwa ambisi perusahaan untuk mencapai penjualan sebesar 5 miliar euro, yang awalnya direncanakan pada tahun 2025, mungkin sedikit tertunda.

Baca juga: Kisah Oktavirasa, Cintanya pada Seni Merajut dan Kaligrafi Berbuah Sukses Usaha Fesyen Ramah Lingkungan

“Bahkan jika sentimen konsumen menjadi agak sulit di sana-sini, kami sebenarnya berada di jalur yang tepat, dan kami yakin bahwa ke depan, juga dengan lingkungan makroekonomi dan masalah geopolitik, kami berada di jalur yang tepat,” kata Grieder.

Perkiraan yang disesuaikan ini muncul karena kondisi makroekonomi dan geopolitik telah membebani belanja konsumen, dengan merek-merek kelas atas lainnya termasuk Burberry dan LVMH melaporkan perlambatan penjualan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com