Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Laba Emiten BRPT Milik Prajogo Pangestu Merosot, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 02/05/2024, 21:14 WIB
Rully R. Ramli,
Sakina Rakhma Diah Setiawan

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Emiten energi PT Barito Pacific Tbk (BRPT) mencatatkan penurunan laba bersih yang signifikan pada kuartal pertama tahun 2024.

Hal ini dipicu oleh terganggunya permintaan global yang menyebabkan volume penjualan lebih rendah.

Dilansir dari dokumen kinerja keuangan perusahaan, BRPT membukukan laba bersih sebesar 9 juta dollar AS atau setara sekitar Rp 145,82 miliar (asumsi kurs Rp 16.202 per dollar AS). Nilai ini turun 60,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar 23 juta dollar AS.

Baca juga: Saham Barito Renewables Energy Milik Prajogo Pangestu Naik 731 Persen Sejak IPO, Kini Dipantau BEI

Pendiri Barito Pacific Prajogo Pangestu.KOMPAS.com/Yoga Sukmana Pendiri Barito Pacific Prajogo Pangestu.

"Sejalan dengan lonjakan volatilitas pada segmen petrokimia global, kami mencatatkan penurunan laba bersih," ujar Direktur Utama BRPT, Agus Pangestu, dalam keterangannya, dikutip Kamis (2/5/2024).

Penurunan laba bersih itu selaras dengan laba kotor yang terkontraksi. Tercatat laba kotor perusahaan turun 23 persen secara tahunan menjadi 117 juta dollar AS.

Di sisi lain, beban keuangan perusahaan tercatat meningkat 18,3 persen secara tahunan, dari 71 juta dollar AS pada kuartal I tahun lalu menjadi 84 juta dollar AS.

Adapun laba kotor dibentuk dengan pendapatan perusahaan bersih perusahaan sebesar 619 juta dollar AS. Nilai ini turun 4,9 persen dari periode yang sama tahun lalu.

Baca juga: Laba Bersih Barito Pacific Anjlok, Ini Penyebabnya

"Pendapatan bersih dari bisnis petrokimia kami turun 4,3 persen year on year menjadi 472 juta dollar AS pada triwula pertama 2024, yang terutama disebabkan oleh gangguan dalam penawaran-permintaan global, yang menyebabkan volume penjualan yang lebih rendah," tutur Agus.

Sementara itu, beban pokok pendapatan tercatat sebesar 501 juta dollar AS. Nilai ini meningkat tipis 0,6 persen dari tahun lalu.

"Beban pokok pendapatan sedikit meningkat terutama karena biaya bahan baku Nafta yang lebih tinggi," kata Agus.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com