Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMGR Gunakan 559.000 Ton Bahan Bakar Alternatif untuk Operasional, Apa Manfaatnya?

Kompas.com - 25/04/2024, 10:00 WIB
Kiki Safitri,
Aprillia Ika

Tim Redaksi


JAKARTA, KOMPAS.com - Isu perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi gas rumah kaca (GRK) telah menjadi perhatian dunia, dengan munculnya komitmen global untuk mewujudkan net zero emission pada 2060.

Emiten BUMN PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) mendukung inisiatif net zero emission dengan penggunaan bahan bakar alternatif untuk mendorong rasio substitusi energi panas (thermal substitution rate/TSR).

Sepanjang 2023, SMGR berhasil meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif dari limbah industri, sampah perkotaan yang diolah menjadi refuse-derived fuel (RDF), biomassa dan sumber lainnya, menjadi 559.625 ton atau naik 27 persen dari tahun 2022 sebanyak 437.232 ton.

“Dengan begitu, kami melakukan substitusi batu bara dalam produksi semen sehingga rasio TSR tercapai sebesar 7,27 persen,” kata Corporate Secretary SMGR, Vita Mahreyni di Jakarta, Rabu (24/3/2024).

Baca juga: SMGR Catat Pertumbuhan Pendapatan 6,2 Persen Menjadi Rp 38,65 Triliun Sepanjang 2023

Dia bilang, penggunaan bahan bakar alternatif sebagai substitusi batu bara merupakan inisiatif strategis untuk mendorong optimalisasi penggunaan energi baru terbarukan (EBT) yang lebih ramah lingkungan.

“Inisiatif ini juga merupakan upaya SMGR dalam mereduksi emisi GRK yang menjadi penyebab perubahan iklim dan pemanasan global,” lanjut dia.

Vita menambahkan, perubahan iklim yang disebabkan oleh emisi GRK telah berdampak pada peningkatan suhu bumi. Kondisi ini mendesak adanya upaya bersama dalam mereduksi emisi GRK.

Penggunaan bahan bakar alternatif juga memberikan manfaat dari berbagai aspek, mulai dari lingkungan, ekonomi, hingga sosial. RDF misalnya.

Baca juga: SMGR Belanja Produk Dalam Negeri Senilai Rp 23,74 Triliun pada 2023

 


Pada aspek lingkungan, selain dapat menurunkan emisi gas rumah kaca, penggunaan RDF juga menjadi solusi untuk mengurangi persoaalan yang ditimbulkan dari tumpukan sampah, seperti keterbatasan lahan untuk TPA, menimbulkan bau dan gangguan penyakit pada masyarakat sekitar.

Pada aspek ekonomi, RDF turut membantu pemerintah mengurangi biaya pembelian lahan landfill atau Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Sementara dari aspek sosial, penggunaan RDF turut berkontribusi dalam menciptakan lingkungan tempat tinggal yang bersih, sehat, dan nyaman bagi masyarakat.

Saat ini, RDF digunakan dalam proses produksi semen di PT Solusi Bangun Indonesia Tbk Pabrik Narogong, Cilacap, dan Tuban. Pada 2023, penggunaan RDF di tiga pabrik tersebut mencapai 30.061 ton.

Baca juga: SMGR Ikut Berkontribusi pada Ekonomi Hijau Lewat Konservasi Lingkungan

Halaman:


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com