Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Demi Anak Muda, Riki Sonjaya Rela Tinggalkan Gaji Besar

Sebelum bergabung dengan YOT, ia merupakan praktisi di industri tambang dengan gaji besar. Padahal, latar belakangnya adalah teknik mesin Institut Teknologi Bandung.

Perjalanannya menuju posisi saat ini tak terbilang mudah. Dibandingkan saudaranya yang lain, Riki merupakan satu-satunya yang menginjak bangku kuliah. Sementara kakak-kakaknya rata-rata hanya lulusan sekolah menengah pertama. Dia akhirnya memutuskan untuk mengambil jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena permintaan ayahnya.

"Katanya, 'papa punya anak lima kenapa tidak ada yang sekolah (tinggi). Papa rela jungkir balik demi kamu kuliah'," ujar Riki, Jumat (29/3/2019).

Tanpa berbekal pengetahuan apa-apa soal jurusan perkuliahan, ia mencari referensi ke tetangga. Saat itu, tetangganya ada yang sukses setelah menempuh mendidikan teknik mesin di ITB. Dia pun mencoba jurusan yang sama dan lulus seleksi.

Begitu lulus, targetnya adalah mendapat pekerjaan dengan gaji besar. Meski tak seusai dengan jurusan perkuliahannya, hal itu tak menjadi masalah bagi Riki. Setelah melihat berbagai lowongan kerja, rata-rata perusahaan yang menawarkan gaji tinggi adalah perusahaan tambang, seperti batu bara, minyak dan gas, dan sebagainya. Akhirnya ia memilih satu perusahaan tambang batu bara.

Riki mengatakan, saat itu angka kecelakaan kerja di tambang batu bara cukup tinggi hingga 17 jiwa pada 2007.

"Saya diminta bagaimana mengecilkan angka kematian kerja di tambang. Akhirnya 2008 berhasil dikurangi," kata Riki.

Atas keberhasilannya itu, dia dipercaya untuk menjadi leader untuk kompetensi perusahaan tambang di Indonesia. Namun, ia hanya bekerja empat tahun di perusahaan tersebut dan loncat ke perusahaan bidang minyak dan gas.

Tak lama mengisi posisi di perusahaan baru, ia ditunjuk sebagai leader untuk tender sebuah proyek di Samarinda. Riki diberi waktu 8 bulan untuk memenangkan tender tersebut. Saat itu, dia mengaku belum mendalami seluk beluk migas dan bagaimana proses tender berjalan. Selama waktu yang diberikan, ia mempelajari itu semua.

Hingga akhirnya hari itu pun tiba, hari di mana perusahaan-perusahaan migas berkumpul untuk memaparkan produk mereka masing-masing.

"Level General Manager kan biasanya badannya besar-besar, tegap-tegap. Saya kecil sendiri. Saat saya kasih kartu nama juga bukan yang langsung dilirik," kata Riki.

Riki tak gentar. Dia meyakinkan diri bahwa bisa menandingi kompetitornya. Ternyata, usahanya berhasil. Perusahaannya memenangkan tender tersebut.

Pada 2009, buku pertama YOT terbit. Riki mengatakan, dirinya termasuk orang pertama yang membaca buku tersebut di awal peluncuran. Menurut dia, isinya begitu menginspirasi. Apa yang ditulis di buku tersebut sesuai dengan apa yang terjadi saat ini pada dirinya.

"Buku itu punya impact besar buat saya," kata Riki.

Kemudian, Riki bertemu pendiri YOT Billy Boen dan berbincang panjang lebar. Saat itu kata Riki, Billy ingin menarik dirinya bergabung ke YOT. Billy menyatakan bahwa Riki punya potensi besar untuk mengembangkan YOT.

"Kamu tidak digaji gede (di YOT). Tapi pengalaman kamu bagus buat teman-teman komunitas YOT," kata Riki, mengulangi ucapan Billy kala itu.

Kemudian, Riki pun bergabung dengan YOT dan saat ini terhitung sudah 4,5 tahun kebersamaan mereka. Riki menganggap YOT merupakan komunitas anak muda inspiratif yang patut untuk terus eksis. Mulanya YOT tak memiliki badan hukum. Namun, setelah ngobrol sana sini, mereka pun sadar pentingnya badan hukum dan mengurusnya.

"Saat ini YOT punya dua sister company, ada GDILAB dan Top Karir, portal job buat anak muda. Kami sekarang punya 600.000 member," kata Riki.

https://money.kompas.com/read/2019/04/01/101000526/demi-anak-muda-riki-sonjaya-rela-tinggalkan-gaji-besar

Terkini Lainnya

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Status 17 Bandara Internasional Dihapus, INACA Ungkap Sederet Manfaatnya untuk Penerbangan Nasional

Whats New
1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

1 Lot Berapa Lembar Saham? Ini Perhitungan Mudahnya

Spend Smart
Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Jumlah Bandara Internasional Dipangkas, InJourney Airports: Banyak yang Tidak Efisien

Whats New
Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Usai Gempa Garut, Pertamina Pastikan SPBU hingga Pangkalan Elpiji di Jabar Aman

Whats New
Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke