Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Jangan (lagi) Terjepit di SARAF-P2

Peserta tersebut mengatakan dengan emosi tinggi, “Saya sungguh tidak terima dengan banyolan anda. Ini namanya anda telah menghina kami semua, meskipun saya tahu hanya saya dari suku yang Anda sebutkan tadi yang hadir di ruangan ini, saya jelas mewakili suku yang anda hina tadi melalui joke yang barusan anda sampaikan,” kata peserta itu. 

Kemudian dia meneruskan amarahnya dengan mengancam, “Pasti anda akan saya tuntut secara hukum, jika Anda tidak meminta maaf kepada saya dan seluruh suku kami, saya minta anda untuk meminta maaf melalui media massa selama 3 hari 3 malam berturut-turut di surat kabar KOMPAS edisi cetak, termasuk edisi online-nya yaitu di KOMPAS.com.”

Lalu peserta itu terus menegaskan, “Anda sungguh terlalu! Ini sangat terlalu, Anda tega membuat Suku kami jadi bahan banyolan yang tidak lucu ini, presentasi macam apa ini!”

Sang pembicara atau presenter itu sedang mengalami "mimpi buruk" tak bertepi yang selalu ditakuti banyak pembicara publik, namun jarang disadari untuk diantisipasi. Mimpi buruk itu adalah dicela oleh pendengarnya sendiri.

Lantas apa yang salah?

Bukankah candaan, banyolan atau humor adalah sesuatu yang lazim agar presentasi kita berjalan dengan memikat dan tidak garing alias membosankan?

Kisah nyata di atas adalah apa yang saya sebut dengan Petaka akibat Terjepit oleh SARAF-P2. Sejujurnya kami pernah mengangkat isu pada artikel edisi sebelumnya.

Namun sayangnya masih saja kita temukan korban berjatuhan akibat mereka tidak paham SARAF-P2, sehingga kami terpanggil untuk terus berbagi Inspirasi melalui artikel ini, agar tidak ada lagi korban jatuh tersungkur akibat terjepit di SARAF-P2.

Terjepit di SARAF-P2 adalah sebuah ungkapan yang menjelaskan bahwa mereka terjepit atau mengalami masalah hukum serius akibat tidak memperhatikan beberapa kaidah berbicara di depan masyarakat umum.

Mereka sengaja atau tidak sengaja menabrak SARAF P2 yang seharusnya tidak digunakan sebagai topik bercanda, baik bercanda pada forum yang serius maupun bercanda pada kondisi santai, sebut saja acara Talkshow di TV.

Termasuk di sini adalah bergurau atau mungkin sekedar update status atau nge-twit melalui platform Media Sosial, karena kami menganggap Media Sosial sama posisinya sebagaimana khalayak masyarakat yang hadir secara fisik dalam suatu acara.

Ya dia terjepit di SARAF-P2, sebuah saraf super sensitive yang merupakan singkatan dari kumpulan beberapa hal yang sangat tabu dan berbahaya untuk dijadikan humor selama public speaking atau presentasi dilakukan. Dan ini adalah bagian dari High Impressive Presentation Skill.

Pertanyaannya, mengapa SARAF-P2 berbahaya digunakan sebagai guyonan?

Jawabannya adalah, karena pada hakikatnya SARAF-P2 ini merupakan hal-hal sensitif yang berpotensi menimbulkan konflik horizontal. Oleh sebab itu berdasarkan kajian empiris yang kami lakukan, menyimpulkan bahwa SARAF-P2 harus dihindari untuk digunakan sebagai bahan candaan selama anda menyajikan sebuah Presentasi atau berbicara didepan umum.

SARAF-P2 terdiri dari:

S untuk Suku, ya meskipun kita tahu suku-suku tertentu yang ada di Indonesia memiliki kebiasaan khas yang pasti lucu bagi suku yang lain secara umum. Namun jelas topik suku adalah sesuatu yang sangat sensitif.

Jadi jangan digunakan meskipun anda tahu yang hadir dalam presentasi atau acara tersebut adalah dari suku yang sama. Karena, tidak ada jaminan diantara peserta yang hadir dalam presentasi tersebut tidak membawa HP yang saat ini bisa digunakan untuk merekam gambar maupun suara.

Dan tidak ada halangan bagi mereka untuk share di media social, ini yang sangat berbahaya.
A untuk Agama, apalagi yang satu ini, juga sangat peka dan jangan sekali-kali digunakan sebagai bahan guyonan, sudah pasti banyolan tersebut tidak akan lucu.

Walaupun kita tahu setiap agama memiliki ritual ibadah yang terkadang unik dan bahkan agak lucu bagi pememluk agama lain, maka wahai saudaraku janganlah engkau gunakan agama dan keyakinan tertentu sebagai bahan candaan, namun jika sang pembicara “ngotot” menggunakan agama sebagai bahan stand up komedi, maka sungguh dia akan ada dalam kesesatan yang nyata.

R untuk Ras, ras atau jenis keturunan manusia tertentu memang memiliki berbagai macam kebiasaan dan cara hidup yang berbeda. Dan memang cara dan kebiasaan tersebut sering dijumpai sebagai sesuatu yang lucu.

Namun demikian, kelucuan tersebut bersifat relatif, artinya lucu bagi ras lain, dan sangat serius alias tidak lucu bagi ras tersebut, oleh sebab itu jangan gunakan ras sebagai bahan humor meskipun anda tahu semua yang hadir didalam persentasi anda dari 1 ras yang sama.

A untuk Adat, A yang kedua dalam SARAF-P2 ini memiliki kepekaan yang cukup tinggi, karena menyangkut kebangaan dan kearifan lokal masing-masing daerah. Ingat Indonesia memiliki 17 ribu lebih pulau dan 300 lebih etnik dengan 1500 bahasa lokal atau Bahasa daerah, dan ribuan lagi adat istiadat yang merupakan kekayaan terbesar bangsa ini.

Maka wajar, sebaiknya jangan gunakan Adat sebagai guyonan dalam presentasi atau acara Talkshow di TV atau di Radio, ini akan sangat berisiko menyinggung perasaan dan kebanggan peserta atau pendengar dari etnik tertentu yang memiliki adat istiadat tersebut.

F adalah untuk Fisik. Bagian kelima dari SARAF-P2 ini berdasarkan pengamatan empiris kami, sering dilupakan atau luput dari perhatian para presenter atau public speaker, sehingga apa yang terjadi adalah banyak diantara mereka yang menggunakan ciri-ciri fisik tertentu sebagai bahan banyolan.

Walaupun pada kenyataannya memang fisik tersebut memiliki keterbatasan sehingga terlihat lucu, namun itu bukan alasan ilmiah yang membuat fisik seseorang pantas dijadikan bahan candaan.

Untuk candaan yang menggunakan Fisik, mungkin peserta tidak akan murka sebagaimana contoh di atas, namun yang jelas presenter akan kehilangan rasa hormat dari audiennya, karena sang presenter gagal menghormati hak asasi orang lain.

P yang pertama dari P2 untuk Politik. Awalnya topik ini bukanlah sesuatu yang sangat sensitif dalam suatu presentasi atau forum yang dihadiri masyarakat awam, namun setelah pada Pilpres 2014 dan 2019 kemarin hanya terdapat 2 pasangan calon, faktanya secara nyata telah terjadi polarisasi (perpecahan) yang kuat disertai dengan gesekan dan friksi yang berujung pada konflik ditingkat akar rumput.

Sehingga menyinggung Politik kaitannya sebagai guyonan, menjadi tidak lucu lagi bahkan, pengalaman empiris selama 5 tahun ini membuktikan, menggunakan topik politik sebagai candaan bisa berujung kepada situasi anarkis dengan kerusakan yang sadis.

P terakhir dari P2 adalah untuk Pornoaksi atau Pornografi, meskipun Anda yakin dalam forum tersebut yang hadir adalah kaum dewasa, bukan sesuatu yang bijak menggunakan Pornoaksi dan Pornografi sebagai bahan baku yang diolah agar orang bisa tertawa.

Apalagi dalam konteks hukum positif jika guyonan yang berbau pornografi dan pornoaksi membuat seseorang tidak nyaman atau bahkan merasa dilecehkan, maka pihak yang melaksanakan banyolan pornoaksi bisa dituntut dengan Hukum Pidana.

Jadi tidak lucu kan?

Sehingga untuk menghadirkan Presentasi atau Public Speaking yang Memikat atau Impresif, semaksimal mungkin hindari terjepit di SARAF-P2 sebagai bahan guyonan.

Masih banyak bahan candaan lain yang bisa digunakan dan relatif aman, namun dalam hemat kami jika memang kita tidak berbakat melucu, sudahlah sebaiknya tidak usah memaksakan diri melucu dengan menggunakan SARAF-P2, hasil akhirnya pasti tidak akan lucu!

Mulai saat ini terus waspada dengan SARAF-P2 ini dan jangan ada lagi korban terjatuh akibat terjepit di SARAF-P2.

Selamat berbisnis dan Sukses Selalu untuk Anda semua!

https://money.kompas.com/read/2019/06/02/110000226/jangan-lagi-terjepit-di-saraf-p2

Terkini Lainnya

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

PMI Manufaktur April 2024 Turun Jadi 52,9 Poin, Menperin: Ada Libur 10 Hari...

Whats New
Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Siapa Hendry Lie, Pendiri Sriwijaya Air yang Jadi Tersangka Korupsi Timah Rp 271 Triliun?

Whats New
Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Inflasi Lebaran 2024 Terendah dalam 3 Tahun, Ini Penyebabnya

Whats New
Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua 'Award' dalam BSEM MRI 2024

Transformasi Digital, BRI BRI Raih Dua "Award" dalam BSEM MRI 2024

Whats New
Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Emiten Buah Segar BUAH Targetkan Pendapatan Rp 2 Triliun Tahun Ini

Whats New
SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

SYL Gunakan Anggaran Kementan untuk Pribadi, Stafsus Sri Mulyani: Tanggung Jawab Masing-masing Kementerian

Whats New
Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Saat Sri Mulyani Sampai Turun Tangan Urusi Kasus Alat Tunanetra SLB yang Tertahan Bea Cukai

Whats New
Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Emiten Manufaktur Kosmetik VICI Catat Pertumbuhan Laba Bersih 20 Persen Menjadi Rp 47,1 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Jalankan Fungsi Perlindungan Masyarakat, Bea Cukai Banten Berantas Peredaran Barang Ilegal

Whats New
Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Impor Bahan Baku Tepung Kini Cukup dengan Dokumen Laporan Surveyor

Whats New
BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

BUAH Bakal Tebar Dividen, Ini Besarannya

Whats New
Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Kementerian ESDM Tetapkan Harga Biodiesel Naik Jadi Rp 12.453 Per Liter

Whats New
Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Erupsi Gunung Ruang, Bandara Sam Ratulangi Masih Ditutup Sampai Hari Ini

Whats New
Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Turun, Inflasi April 2024 Capai 3 Persen

Whats New
Harga Tiket Kereta Api 'Go Show' Naik Mulai 1 Mei

Harga Tiket Kereta Api "Go Show" Naik Mulai 1 Mei

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke